A. Kehidupan Berkelompok dan Definisi Masyarakat
1. Kehidupan Berkelompok dalam Alam Binatang
Ciri khas kehidupan berkelompok, yaitu:
- Pembagian kerja yang tetap antar individu dalam kelompok, untuk melaksanakan berbagai macam fungsi hidup.
- Ketergantungan antar individu sebagai akibat pembagian kerja tadi.
- Kerja sama antar individu yang diakibatkan ketergantungan tadi.
- Komunikasi antar individu yang diperlukan guna melaksanakan kerjasama tadi.
- Diskriminasi yang diadakan antara individu-individu warga kelompok dan individu dari luar.
Asas-asas pergaulan antara makhluk dalam kehidupan alamiah, ahli filsafat Herbert Spencer pernah menyatakan bahwa asas egoisme atau asas “Mendahulukan Kepentingan Diri Sendiri Diatas Kepentingan Yang Lain”, mutlak perlu bagi jenis-jenis makhluk untuk dapat bertahan dalam alam yang kejam.
Sebaliknya, beberapa ahli filsafat lain menyatakan bahwa lawan asas egoisme, yaitu asas Altruisme atau asas “Hidup Berbakti Untuk Kepentingan Yang Lain”, juga dapat membuat jenis makhluk itu menjadi sedemikian kuatnya sehingga dapat bertahan dalam proses seleksi alam yang kejam.
2. Kehidupan Berkelompok Makhluk Manusia
Perbedaan asasi yang sangat mendasar antara kehidupan kelompok binatang dan kehidupan kelompok manusia, yaitu sistem pembagian kerja, aktivitas kerja sama, berkomunikasi dalam kehidupan kelompok binatang bersifat naluri, sedangkan organisme manusia mengembangkan suatu kemampuan yang disebut “akal”.
Kelakuan binatang berkelompok yang berakar dalam naluri, pada manusia menjadi tingkah laku yang jadikan milik sendiri dengan belajar.
Kelakuan binatang yang prosesnya telah direncanakan dalam gennya dan milik dirinya tanpa belajar seperti refleks, kelakuan naluri, dan kelakuan membabi buta disebut Kelakuan (behavior).
Sebaliknya, perilaku manusia yang prosesnya tidak terencana dalam gennya, tetapi yang harus dijadikan milik dirinya dengan belajar disebut Tindakan atau Tingkah Laku (action).
Contoh: belajar matematika, menjahit, memahat, memasak, mencuci, dan lain-lain. Oleh karena pola-pola tindakan dan tingkah laku manusia adalah hasil belajar, maka pola-pola tindakan dapat lebih cepat berubah daripada perubahan bentuk biologisnya.
B. Berbagai Wujud Kelompok Manusia
Manusia di muka bumi ini terdapat berbagai ras, namun beragam ciri ras tidak menyebabkan timbulnya beragam pola tingkah laku manusia.
Misalnya, orang Indonesia yang memiliki ciri-ciri ras Mongoloid-Melayu (orang Indonesia Pribumi) tidak begitu berbeda dalam hal adat tingkah lakunya jika dibandingkan dengan orang Indonesia yang mempunyai ciri ras Mongoloid Cina Selatan (orang Indonesia keturunan asing).
Serupa hal tersebut, ada orang Amerika memiliki ciri-ciri ras Kaukasoid dan ada orang Amerika memiliki ciri-ciri ras Negroid.
Dalam hal adat tingkah laku, mereka tidak banyak berbeda karena kedua-duanya berbicara bahasa Inggris, bertingkah laku menurut adat-istiadat, dan gaya hidup orang Amerika.
Ragam tingkah laku manusia memang bukan disebabkan karena ciri-ciri ras, melainkan karena kelompok-kelompok tempat manusia itu bergaul dan berinteraksi.
Wujud nyata dari kelompok-kelompok manusia itu, yaitu pada akhir abad ke-20, hampir semua manusia di dunia tergolong ke dalam salah satu negara nasional.
Di Asia Tenggara, tampak kesatuan-kesatuan manusia yang berwujud sebagai negara nasional besar-kecil, seperti Indonesia.
Malaysia, Singapura, Papua Nugini, Filipina, Vietnam. Laos, Kamboja, Thailand, Myanmar. Di Eropa Barat misalnya Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, Denmark, Belgia, Luksemburg, Lechtenstein, dan lain-lain.
Walaupun semua suku bangsa di negara-negara lain pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya, mempunyai wujud seperti yang terurai tadi.
Contoh yang konkret dan lebih khusus salah satu suku bangsa, yaitu suku bangsa Bali. Beberapa contoh kota-kota di Bali misalnya Gilimanuk, Buleleng, Singaraja, Denpasar, Bangli, Gianyar, dan lain-lain.
Di desa-desa di Bali ada kelompok-kelompok kekerabatan seperti Dadia dan Karang. Organisasi yang mengurus pertanian dan irigasi bernama Subak, organisasi petukangan bernama Seka, seperti seka tukang patung, seka tukang pandai besi, seka tukang ukir, seka pelukis, dan lain-lain. Organisasi kesenian dan rekreasi yang juga disebut seka.
C. Unsur-Unsur Masyarakat
https://www.google.com=pengertian-masyarakat
1. Masyarakat
Istilah lain untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari, adalah Masyarakat.
Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society, yang berasal dari kata Latin socius berarti “Kawan”.
Istilah masyarakat berasal dari akar kata Arab “Syaraka” yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Unsur-Unsur dari Masyarakat, yaitu Kategori Sosial, Golongan Sosial, Komunitas, Kelompok, dan Perkumpulan.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling "bergaul", atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi.
Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai ikatan lain yang khusus.
Sekumpulan orang yang berkerumun atau menonton, berinteraksi secara terbatas, dan tidak mempunyai suatu ikatan lain disebut “Kerumunan”(croud).
Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu.
Lagi pula, pola itu harus bersifat mantap dan kontinu, dengan perkataan lain, pola khas itu harus sudah menjadi adat-istiadat yang khas.
Selain ikatan adat-istiadat khas meliputi sektor kehidupan dan kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat harus juga mempunyai ciri lain, yaitu suatu rasa identitas, bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.
Suatu Negara, Kota, dan Desa merupakan suatu kesatuan manusia yang memiliki keempat ciri terurai di atas, yaitu:
- Interaksi antar warga-warganya.
- Adat-istiadat, norma, hukum, dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga Negara, Kota, dan Desa.
- Kontinuitas waktu.
- Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.
Itulah sebabnya suatu Negara, Kota, dan Desa dapat kita sebut masyarakat, contohnya masyarakat Indonesia, masyarakat Filipina, masyarakat Belanda, dan lain-lain.
Dengan memperhatikan ketiga ciri terurai sebelumnya maka definisi mengenai masyarakat secara khusus dirumuskan sebagai berikut: "Masyarakat" adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama".
Definisi Komunitas, yaitu suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat, dan terikat oleh suatu rasa identitas komunitas.
Misalnya, kesatuan-kesatuan kota, desa, RT, RW. Adapun ciri-ciri suatu komunitas, yaitu: memiliki kesatuan wilayah, kesatuan adat-istiadat, rasa identitas komunitas, dan rasa loyalitas terhadap komunitas sendiri.
2. Kategori Sosial
Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada menusia-manusia itu.
Ciri-ciri objektif itu biasanya dikenakan oleh pihak luar kategori sosial itu sendiri tanpa disadari oleh yang bersangkutan, dengan suatu maksud praktis tertentu.
Suatu kategori sosial biasanya juga tidak terikat oleh kesatuan adat, sistem nilai, atau norma tertentu. Suatu kategori sosial tidak mempunyai lokasi, tidak mempunyai organisasi, tidak mempunyai pimpinan.
3. Golongan Sosial
Suatu golongan sosial juga merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu dan mempunyai identitas sosial.
Hal itu disebabkan karena kesadaran identitas itu tumbuh sebagai respons atau reaksi terhadap cara pihak luar memandang golongan sosial tadi dan karena golongan itu memang terikat oleh suatu sistem nilai, sistem norma, dan adat-istiadat tertentu.
Konsep Golongan Sosial dapat dibedakan dari Konsep Kategori Sosial melalui tiga syarat pengikat, yaitu sistem norma, rasa identitas sosial, dan kontinuitas.
Namun persamaan konsep golongan sosial dengan konsep sosial, yaitu tidak memenuhi syarat untuk disebut masyarakat.
Hal itu disebabkan karena ada suatu syarat pengikat masyarakat yang tidak ada pada keduanya, yaitu Prasarana Khusus untuk melakukan interaksi sosial.
4. Kelompok dan Perkumpulan
Suatu kelompok atau group merupakan suatu masyarakat karena memenuhi syarat-syaratnya, yaitu adanya sistem interaksi antara para anggota, adanya adat-istiadat, adanya sistem norma yang mengatur interaksi itu, adanya kontinuitas, dan adanya rasa identitas yang mempersatukan semua anggota.
Perbedaan antara Kelompok dan Perkumpulan | |
Kelompok | Perkumpulan |
Primary group | Association |
Gameinscharf | Gesselscharft |
Solidarite mechanique | Solidarite organique |
Hubungan familistic | Hubungan contractual |
Dasar organisasi adat | Dasar oraganisasii buatan |
Pimpinan berdasarkan kewibawaan dan karisma | Pimpinan berdasarkan wewenang dan hukum |
Hubungan berasas perorangan | Hubungan anonim dan berasas guna |
Namun kelompok mempunyai ciri tambahan, yaitu organisasi, sistem pimpinan, dan kesatuan individu-individu yang secara berulang berkumpul dan kemudian bubar lagi.
Walaupun kelompok maupun perkumpulan memiliki keempat syarat pengikat dasar dari suatu masyarakat, yaitu prasarana untuk berintraksi, kontinuitas, sistem norma, dan identitas sosil.
Namun hanya kelompok yang dapat disebut sebagai masyarakat. Misalnya, masyarakat marga Tarigan dan masyarakat subak Tahingan.
5. Beragam Kelompok dan Perkumpulan
Kelompok yang terikat oleh hubungan keturunan atau kekerabatan seperti suatu marga Batak, yang terdiri dari beribu-ribu warga, tetapi bisa juga hanya terdiri dari sub-marga.
Sedangkan, ada juga wujud kelompok kekerabatan yang kecil, seperti keluarga inti, keluarga luas, klan kecil, dan sebagainya.
Perkumpulan dapat diklasifikasikan (pembagian menurut kelas-kelas) berdasarkan prinsip guna dan keperluannya atau fungsinya, yaitu:
- Mencari nafkah, mencari mata pencarian hidup, atau memproduksi barang (intinya untuk keperluan ekonomi). Contohnya Perkumpulan Dagang, Perusahaan, Koperasi, Perseroan, dan sebagainya.
- Memajukan pendidikan dalam masyarakat seperti yayasan pendidikan, kelompok studi, perkumpulan pemberantasan buta huruf, dan sebagainya.
- Memajukan ilmu pengetahuan seperti Himpunan Indonesia untuk Pengembangan ilmu-ilmu sosial atau organisasi-organisasi profesi yang bertujuan memajukan ilmu dan profesi bersangkutan, seperti Ikatan Dokter Indonesia.
- Memajukan kesenian, seperti perkumpulan Mitra Budaya, Seni tari Krida Beksa Wirama, band musik Koes Plus, perkumpulan kesusastraan, alairan-aliran seni lukis, dan sebagainya.
- Melaksanakan aktivitas-aktivitas keagamaan, seperti organisasi gereja, organisasi penyiaran agama, sekte, gerakan kebatinan, gerekan ratu adil, dan sebagainya.
- Keperluan untuk aktivitas politik, seperti partai politik, organisasi buruh, dan sebagainya.
6. Ikhtisar Mengenai Beragam Wujud Kesatuan Manusia
Dalam sistem istilah “masyarakat” dipakai untuk menyebut dua wujud kesatuan manusia, yaitu: “Komunitas” (aspek lokasi hidup dan wilayah) dan konsep “Kelompok”. (aspek organisasi dan pimpinan suatu kesatuan manusia).
Adapun tiga wujud kesatuan manusia, yaitu: “Kerumunan”, “Kategori Sosial”, dan “Golongan Sosial” tidak dapat disebut “Masyarakat”.
Karena ketiganya tidak memenuhi ketiga unsur yang merupakan syarat konsep “Masyarakat”. Sedangkan “perkumpulan” juga tidak disebut Masyarakat, walaupun memenuhi syarat.
7. Interaksi Antarindividu Dalam Masyarakat
Konsep interaksi itu penting karena tiap masyarakat merupakan suatu kesatuan dari individu yang satu dengan lain berada dalam hubungan berinteraksi yang berpola mantap.
Interaksi itu terjadi bila seorang individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu respons atau reaksi dari individu-individu lain.
Menganalisa proses interaksi antar individu dalam masyarakat, harus membedakan dua hal, yaitu: 1. Kontak, dan 2. Komunikasi.
https://www.google.com=pranata-sosial
D. Pranata Sosial
1. Pranata
Sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat-istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompleks kebutuhan manusia dalam masyarakat, dalam ilmu sosiologi dan antropologi disebut pranata atau dalam bahasa Inggris Institution.
Contoh peristiwa pertama terdapat murid-murid sekolah yang merupakan masyarakat sekolah bermain tinju secara tidak resmi, sedangkan peristiwa kedua ada juara dunia tinju kelas berat, Muhammad Ali dan Joe Frazier, yang bertanding secara resmi, menurut Pranata pertandingan tinju kejuaraan dunia.
Dari contoh tersebut diatas tampak bahwa Pranata adalah suatu sistem norma khusus menata suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu keperluan khusus dari manusia dalam kehidupan masyarakat.
Dalam ilmu antropologi konsep “pranata” kurang digunakan. Para ahli antropologi lebih suka menggunakan konsep “Unsur Kebudayaan” untuk menganalisa aktivitas-aktivitas manusia dalam masyarakat yang mereka pelajari.
2. Pranata dan Lembaga
Pranata dan lembaga merupakan sesuatu hal yang sangat berbeda. Pranata adalah sistem norma atau aturan-aturan tentang suatu aktivitas masyarakat yang khusus, sedangkan lembaga atau institute adalah badan atau organisasi yang melaksanakan aktivitas itu.
Perbedaan antara Lembaga dan Pranata | |
Lembaga, Institute Organisasi | Pranata, Intitution |
Institut Teknologi Bandung | Pendidikan Teknologi |
Institut Agma Islam | Pendidikan Agama |
Lembaga Ekonomi dan | Penelitian Masyarakat |
Kemasyarakatan Nasional | |
Penerbit Kompas, Yayasan Bentara Rakyat | Jurnalistik |
Departemen Hankam | Keamanan Negara |
Divisi Siliwangi | Perang |
PSSI | Olah raga |
Kalau Istilah lembaga diperhatikan lebih dalam dan dihubungkan dengan istilah kelompok atau perkumpulan, maka lembaga memang merupakan suatu bentuk perkumpulan yang khusus.
3. Macam-Macam Pranata
Menurut para sarjana, semua pranata dapat dikelaskan ke dalam paling sedikit delapan golongan, yaitu:
- Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan, adalah Kinship atau Domestic Institutions. Contoh: perkawinan, tolong menolong antarkerabat, pengasuhan anak-anak, dan sebagainya.
- Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mata pencarian hidup, memproduksi, menimbun, menyimpan, mendistribusi hasil produksi dan harta, adalah Economic Institutions. Contoh: pertanian, peternakan, perbankan, feodalisme, industri, dan sebagainya.
- Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna, adalah Educational Institutions. Contoh: pengasuhan anak-anak, pendidikan menengah, pendidikan rakyat, pendidikan tinggi, dan sebagainya.
- Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia, menyelami aam semesta sekelilingnya, adalah Scientific Institutions. Contoh: metodologi ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah, dan sebagainya.
- Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia dalam menghayati rasa keindahannya dan rekreasi, adalah Aesthetic and Recreational Institutions. Contoh: seni rupa, seni suara, seni drama, seni gerak, olah raga, dan sebagainya.
- Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia dalam berhubungan dengan dan berbakti kepada Tuhan atau dengan alam gaib, adalah Religious Institutions. Contoh: doa, kenduri, upacara, semadi, bertapa, dan sebagainya.
- Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia dalam mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat, adalah Political Institutions. Contoh: Pemerintahan, kehakiman, kepolisian, dan sebagainya.
- Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia, adalah Somatic Institutions. Contoh: Pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran, dan sebagainya.
4. Pranata, Kedudukan, dan Peranan Sosial
Konsep kedudukan (status) menjadi unsur penting setiap usaha menganalisis masyarakat. Pada kedudukan tersebut warga masyarakat bertindak menurut norma-norma khusus dari pranata bersangkutan, bahkan menurut norma-norma khusus dari kedudukan khusus dalam pranata itu.
Tingkah laku individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu disebut dengan suatu istilah ilmiah, yaitu: “Peranan Sosial” (social role atau role saja).
Untuk tiap individu dalam masyarakat ada dua macam kedudukan, yaitu: kedudukan yang dapat diperoleh dengan sendirinya, dan kedudukan yang hanya dapat diperoleh dengan usaha.
Golongan yang pertama disebut kedudukan tergariskan (ascribed status), dan yang kedua disebut kedudukan diusahakan (achieved status).
E. Integrasi Masyarakat
1. Struktur Sosial Struktur sosial (social structure)
adalah kerangka yang dapat menggambarkan kaitan-kaitan dari unsur-unsur masyarakat, yaitu: pranata, kedudukan sosial, dan peranan sosial dari suatu masyarakat.
Konsep social structure pertama kali dikembangkan oleh seorang tokoh dalam ilmu antropologi, yaitu: A.R. Radcliffe Brown.
Sarjana antropologi Inggris ini hidup di antara tahun 1881 dan 1995. Melakukan penelitian terhadap orang-orang Pygmee, dikepulauan Andaman di Teluk Bengali di sebelah utara Sumatera.
Dalam bukunya yang melaporkan hasil penelitian itu, The Andaman Islanders (1922) belum tercantum uraian mengenai konsep social structure itu, yang rupa-rupanya baru dikembangkannya.
Pada tahun1939 dalam suatu pidato resmi konsep social structure di uraikan olehnya, diucapkannya saat peristiwa penerimaan jabatannya sebagai ketua Lembaga Royal Anthropological Institute of Great Britain and Ireland.
2. Analisis Struktur Sosial
Walaupun Radcliffe Brown telah menguraikan konsep social structure itu, ia belum pernah memberi petunjuk mengenai metodologi yang digunakan seorang peneliti mengabstraksikan susunan sosial dari kenyataan kehidupan masyarakat.
Karena itu, ahli-ahli antropologi lain telah mencoba berbagai metode untuk mengabstraksikan struktur sosial, lepas dari Radcliffe Brown. Metode-metode yang paling umum adalah mencari kerangka itu dari kehidupan kekerabatan.
Daftar Pustaka:
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Revisi 2009, Rineka Cipta, Jakarta.