Sabtu, 04 Juni 2022

Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan

 www.google.com/konsep-dasar-dinamika-masyarakat-dan-budaya 

 A. Konsepsi-Konsepsi Khusus Mengenai Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan

Dinamika masyarakat dan kebudayaan adalah pergerakan atau pergeseran suatu budaya (meliputi pengetahuan, gagasan, dan ide) atau kebiasaan masyarakat dari hal lama kepada suatu hal baru. Pergeseran masyarakat dan kebudayaan ini disebut dengan dinamika sosial. 

Dinamika sosial (social dynamics) adalah semua konsep yang diperlukan apabila ingin menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian ilmu antropologi dan sosial. 

Diantara konsep-konsep yang terpenting mengenai proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat bersangkutan, yaitu: internalisasi (internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Ada proses perkembangan kebudayaan dan bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana, hingga makin lama makin kompleks, yaitu evolusi kebudayaan (cultural evolution). 

Kemudian ada proses penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi, yaitu proses difusi (diffusion). Selanjutnya, ada proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pembaruan atau inovasi (innovation), yang berkaitan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention). 

B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri 

1. Proses Internalisasi 

Proses belajar kebudayaan sendiri disebut proses internalisasi. Proses internalisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, dalam hal mengolah perasaan, hasrat, nafsu, emosi sehingga terbentuk kepribadiannya. 

Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya. 

Misalnya: Perasaan pertama yang dirasakan kepribadian seorang bayi pada saat ia dilahirkan keluar dari kandungan ibunya adalah perasaan kurang nyaman. Ketika sudah keluar dari kandungan ibu dibungkus dengan selimut diberi kesempatan untuk menyusui, maka rasa kenyamanan dan rasa sayang dari seorang ibu akan dialaminya. 

2. Proses Sosialisasi 

Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekililingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. 

Misalnya: pola pengasuhan anak. Anak dari kecil diajari bagaimana cara menggosok gigi, mandi, makan, mengucapkan sesuatu yang semua disesuaikan dengan nilai dan norma masyarakat setempat. 

3. Proses Enkulturasi 

Istilah untuk kata “enkulturasi” adalah “Pembudayaan”, dalam bahasa Inggris “institutional ization”. Proses enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. 

Proses enkulturasi sudah dimulai sejak kecil dalam alam pikiran warga suatu masyarakat; mula-mula dari orang-orang di dalam lingkungan keluarganya, kemudian dari teman-temannya bermain.  Seorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya menjadi suatu pola dan norma yang dibudayakan. 

Misalnya: Cara seorang Indonesia mempelajari aturan adat Indonesia yang menganjurkan agar orang Indonesia yang habis berpergian ke suatu tempat yang jauh, memberi “oleh-oleh” kepada kerabatnya yang dekat dan kepada para tetangga yang tinggal di sekitar rumahnya. Rasa aman karena ia mempunyai hubungan baik dengan orang-orang sekitarnya di masa susah sehingga perlu membalas jasanya, dan nilai gotong royong yang merupakan motivasi dari tindakan membagi-bagi “oleh-oleh” tadi, telah sejak lama, ketika ia masih kecil, diinternalisasi dalam kepribadiannya. 

C. Proses Evolusi Sosial 

1. Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial 

Proses-proses berulang atau recurrent processes dalam ilmu antropologi adalah proses evolusi sosial budaya yang dianalisis secara detail (microscopic) akan membuka mata peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari tiap masyarakat di dunia. 

Proses-proses menentukan arah atau directional processes dalam ilmu antroplogi adalah proses evolusi sosial budaya yang dipandang seolah-olah dari jauh hanya akan menampakkan kepada peneliti perubahan-perubahan besar (macroscopic) yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. 

2. Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya 

Proses evolusi Sosial yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Proses ini mengenai suatu aktivitas dalam sebuah lingkungan atau suatu adat dimana aktivitas yang dilakukan terus berulang (recurent) dalam kehidupan sehari-hari di setiap masyarakat di seluruh dunia. 

Dan aktivitas yang dimaksud biasanya aktivitas yang menyimpang atau diluar kehendak prilaku. Sampai akhirnya masyarakat tidak dapat mempertahankan adatnya lagi, karena terbiasa dengan penyimpangan-penyimpangan tersebut. Maka masyarakat terpaksa memberi konsekuensinya, dan adat serta aturan diubah sesuai dengan keperluan baru dari individu-individu dalam masyarakat. 

Misalnya: Adat Minangkabau mewajibkan bahwa seorang laki-laki harus mewariskan harta miliknya kepada kemenakannya, yaitu anak dari saudara perempuannya. Namun begitu banyak masyarakat Minangkabau, setelah menikah meratau keluar dari Minangkabau, maka terjadi perubahan. Dimana seorang laki-laki membentuk keluarga inti, maka harta warisan akan jatuh ke anaknya sendiri. 

Faktor ketegangan antara adat-istiadat suatu masyarakat dengan keperluan para individu di dalamnya, maka perlu adanya 2 (dua) konsep yang harus dibedakan dengan tajam oleh para ahli antropologi, sosiologi masyarakat. 

Konsep antara 2 (dua) wujud dari tiap kebudayaan, yaitu: 

(1) Kebudayaan sebagai suatu kompleks dari konsep norma-norma, pandangan-pandangan yang abstrak (yaitu sistem budaya), dan sebagainya.
(2) Kebudayaan sebagai suatu rangkaian dari tindakan yang konkret dimana individu saling berinteraksi (yaitu sistem sosial). 

3. Proses Mengarah dalam Evolusi Kebudayaan 

Dengan mengambil jangka waktu yang panjang maka akan terlihat perubahan-perubahan besar yang seolah bersifat menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. 

Pada masa sekarang, gejala ini menjadi perhatian khusus dari suatu subilmu dalam antropologi, yaitu ilmu prehistori yang merupakan ilmu yang mempelajari sejarah perkembangan kebudayaan manusia dalam jangka waktu yang panjang dan juga oleh para sarjana ilmu sejarah seperti E. Spengler, A.J. Tonynbee, G Childe dan lain-lain, mencoba merekontruksi kembali sejarah perkembangan seluruh umat manusia dan harus bekerja dengan jangka waktu yang panjang. 

D. Proses Difusi 

1. Penyebaran Manusia 

Difusi kebudayaan merupakan penyebaran kebudayaan yang terjadi bersamaan dengan perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi (Koentjaraningrat). Penyebarannya dibawa oleh sekelompok manusia yang melakukan migrasi ke suatu tempat. Sehingga kebudayaan mereka turut melebur di daerah yang mereka tuju. 

Menurut antropolog W.A. Haviland, difusi adalah penyebaran kebiasaan atau adat istiadat dari kebudayaan satu ke kebudayaan lain. Hal ini berlangsung dengan menggunakan teknik meniru atau imitasi. 

2. Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan 

Penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah ke seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion), yang juga merupakan salah satu obyek penelitian ilmu antropologi, terutama subilmu antropologi diakronis. 

Difusi kebudayaan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: symbiotik, penetrasi damai, dan penetrasi paksa. 

a. Symbiotik merupakan hubungan dimana bentuk dan kebudayaan itu masing-masing hampir tidak berubah. Contoh: di daerah pedalaman Afrika Tengah dan Barat. Di daerah pedalaman negara-negara tersebut berbagai suku bangsa Afrika hidup dari bercocok tanam di ladang. Mereka mempunyai tetangga, kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari suku-suku Negrito hidup dari berburu dan mengumpulkan hasil hutan. Hasil berburu dan hasil hutan itu dibarter dengan hasil pertanian. 

Hubungan semacam ini telah berlangsung sejak lama sekali, mungkin sudah sejak berabad-abad lamanya, kedua belah pihak sudah saling membutuhkan, tetapi hubungan mereka terbatas hanya pada barte barang-barang itu saja, sedangkan proses saling mempengaruhi tidak ada. Pada hubungan symbiotic itu kebudayaan suku-suku bangsa Afrika tidak berubah dan kebudayaan kelompok-kelompok Nagrito juga tidak. 

b. Penetrasi damai atau penetration pacifique adalah unsur-unsur kebudayaan asing dibawa oleh para pedagang masuk ke dalam kebudayaan penerima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan. 

c. Penetrasi paksa adalah bentuk hubungan yang disebabkan karena peperangan dan serangan penaklukan (penjajahan). 

E. Akulturasi dan Asimilasi 

1. Akulturasi adalah istilah dalam antropologi yang memiliki beberapa makna, mencakup konsep mengenai proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. 

Proses akulturasi bila suatu kebudayaan terkena pengaruh kebudayaan asing antara lain: 

a. Hampir semua proses akulturasi mulai dari golongan atas yang tinggal di kota lalu menyebar ke golongan yang lebih rendah dipedesaan. 

b. Perubahan dalam sektor ekonomi hampir menyebabkan perubahan yang penting dalam asas-asas kehidupan kekerabatan. 

c. Penanaman tanaman untuk ekspor dan perkembangan ekonomi, uang merusak pola-pola gotong royong tradisional, dan karena itu berkembanglah sistem pengerahan tenaga kerja baru. 

d. Perkembangan sistem ekonomi menyebabkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan makan dengan segala akibat dalam aspek gizi, ekonomi maupun sosialnya. 

e. Proses akulturasi yang berkembang cepat menyebabkan berbagai pergeseran sosial yang tidak seragam dalam semua unsur dan sektor masyarakat sehingga menyebabkan keretakan. 

f. Gerakan nasionalisme dianggap sebagai salah satu tahap dalam proses akulturasi. 

2. Asimilasi (assimilation) adalah suatu proses sosial yang terjadi bila ada:
a. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda,
b. Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama,
c. Kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsur masing-masing berubah wujudnya menjadi kebudayaan campuran. 

Faktor-faktor yang menghambat proses asimilasi yang pernah diteliti oleh para ahli terbukti bahwa hanya dengan pergaulan antara kelompok secara luas dan intensif, belum tentu terjadi suatu proses asimilasi, kalau di antara kelompok tidak ada suatu sikap toleransi dan simpati satu terhadap yang lain. 

Misalnya, orang Cina ada di Indonesia, bergaul secara luas dan insentif dengan orang Indonesia sejak berabad-abad lamanya, namun mereka belum juga semua terintegrasi ke dalam masyarakat dan kebudayaan Indonesia, karena selama itu belum cukup ada sikap saling bertolerasi dan bersimpati. 

Faktor-faktor penghalang proses asimilasi pada umumnya adalah:
a. Kurang pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi,
b. Sifat takut terhadap kekuatan dan kebudayaan lain,
c. Perasaan superioritas pada individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain. 

F. Pembaruan atau Inovasi 

1. Inovasi dan Penemuan 

Inovasi adalah suatu proses pembaruan dan penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Dengan demikian inovasi adalah pembaruan unsur teknologi dan ekonomi dari kebudayaan. 

Inovasi berkaitan dengan penemuan baru dalam teknologi melalui 2 (dua) tahap khusus, yaitu: Discovery dan Invention. 

Discovery baru menjadi invention apabila suatu penemuan baru mulai diakui, diterima, dan diterapkan oleh suatu masyarakat. 

Proses berlangsungnya tahap discovery sampai pada tahap invention berlangsung lama, karena tidak hanya menyangkut satu individu saja, yaitu si penciptanya yang pertama melainkan dapat melibatkan serangkaian individu yang terdiri dari beberapa pencipta. 

2. Pendorong Penemuan Baru 

Koentjaraningrat, menerangkan bahwa untuk mendorong timbulnya kreatifitas diperlukan:
1. Kesadaran para individu akan adanya kekeurangan dalam kebudayaan,
2. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan,
3. Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong mutu,
4. Adanya krisis dalam masyarakat yang menimbulkan penemuan baru. 

Haviland membagi penemuan baru (Discovery) menjadi dua, yaitu :
1. Penemuan Primer, yaitu penemuan secara kebetulan suatu prinsip baru. Contoh: pembakaran tanah liat membuat tanah liat menjadi keras.
2. Penemuan Sekunder, yaitu perbaikan-perbaikan yang diadakan dengan menetapkan prinsip-prinsip yang sudah diketahui. Contoh: wadah-wadah dan bejana untuk memasak. 

3. Inovasi dan Evolusi 

Suatu penemuan baru selalu harus dilihat dalam kebudayaan tempat penemuan tadi terjadi. Karena suatu penemuan baru jarang merupakan suatu perubahan mendadak dan keadaan tidak ada, menjadi keadaan ada. 

Proses Inovasi, yaitu proses pembaruan teknologi ekonomi dan lanjutannya itu merupakan suatu proses evolusi. Bedanya ialah bahwa dalam proses inovasi individu-individu itu bersifat aktif. 

Sedangkan, dalam proses evolusi individu-individu itu pasif, bahkan sering bersifat negatif. Karena kegiatan dan usaha individu itu, maka suatu inovasi memang merupakan suatu proses perubahan kebudayaan yang lebih cepat. Artinya lebih cepat kelihatan daripada suatu proses evolusi kebudayaan. 


Referensi: 

Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Edisi Refisi 2009, Penerbit Rineka Cipta.

1 komentar:

ANALISIS VISUAL DARI PERSPEKTIF ANTROPOLOGI

Analisa Visual merupakan metode bagaimana pikiran memproses informasi visual yang diterimanya dari mata berupa gambar, vidio, dan lain-lain....