Kamis, 16 Juni 2022

Aneka Ragam Kebudayaan dan Masyarakat

https://rumah adat Toraja/taman-mini-indonesia-indah/
 
A. Konsep Suku Bangsa 

1. Suku Bangsa 

Setiap kebudayaan yang hidup dalam masyarakat baik berwujud sebagai komunitas desa, kota, sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, memiliki suatu corak khas yang terutama terlihat oleh orang yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri. Warga kebudayaan itu sendiri biasanya tidak melihat corak khas tersebut. Sebaliknya, mereka dapat melihat corak khas kebudayaan lain, terutama corak khas mengenai unsur-unsur yang perbedaannya sangat mencolok dibandingkan dengan kebudayaannya sendiri. 

Corak khas suatu kebudayaan memiliki berbagai sebab, yaitu karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk khusus, atau karena kebudayaan tersebut memiliki pranata-pranata dengan pola sosial khusus, atau karena warganya menganut suatu tema budaya khusus. Sebaliknya, corak khas tadi disebabkan adanya kompleks unsur-unsur yang lebih besar, sehingga tampak berbeda dari kebudayaan-kebudayaan lain. 

Pokok perhatian dari suatu deskripsi etnografi adalah kebudayaan-kebudayaan dengan corak khas seperti itu. Atau disebut dengan istilah “suku bangsa” (dalam bahasa Inggris disebut ethnic group) dan bila diterjemahkan secara harfiah “kelompok etnic”). Istilah “suku bangsa” digunakan karena sifat kesatuan dari suatu suku bangsa bukan “kelompok”, melainkan “golongan”. 

Konsep yang tercakup dalam istilah “suku bangsa” adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh suatu kesadaran dan identitas akan “kesatuan kebudayaan”, sedangkan kesadaran dan identitas tadi sering kali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga. Kesatuan kebudayaan tidak ditentukan oleh orang luar, (misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan, atau lainnya dengan metode-metode analisis ilmiah), melainkan oleh warga kebudayaan bersangkutan itu sendiri. 
 
Contohnya, kebudayaan Sunda merupakan suatu kesatuan, bukan karena ada peneliti-peneliti etnografi telah menentukan bahwa kebudayaan Sunda itu suatu kebudayaan tersendiri yang berbeda dari kebudayaan Jawa, Banten, atau Bali, melainkan karena orang Sunda sendiri sadar bahwa kebudayaan Sunda mempunyai kepribadian dan identitas khusus, berbeda dengan kebudayaan-kebudayaan tetangganya itu. 

Apalagi adanya bahasa Sunda yang berbeda dengan bahasa Jawa atau Bali lebih mempertinggi kesadaran akan kepribadian khusus tadi. Deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan isi dari sebuah karangan etnografi.

2. Beragam Kebudayaan Suku Bangsa. 

Para Sarjana antropologi, sebaiknya membedakan kesatuan masyarakat suku-suku bangsa di dunia berdasarkan atas kriteria mata pencarian dan sistem ekonomi ke dalam 6 (enam) macam, yaitu: 

(a) Masyarakat pemburu dan peramu (hunting and gatbering societies). Misalnya: Di Pantai Utara Kanada tinggal suku-suku bangsa Eskimo yang memburu binatang kutub. 

(b) Masyarakat peternak (pastoral societies). Misalnya: Di daerah-daerah Oase di Gurun Semenanjung Arab hidup suku-suku bangsa Arab Badui yang memelihara unta, kambing, dan kuda. 

(c) Masyarakat peladang (societies of shipting cultivators). Misalnya: Di daerah hutan rimba tropis di daerah pengairan Sungai Kongo di Afrika Tengah, di Asia Tenggara termasuk Indonesia (di luar Jawa dan Bali), dan di daerah pengairan Sungai Amazon di Amerika Selatan. 

(d) Masyarakat nelayan (fishing communities). Ada di seluruh dunia; di sepanjang pantai, di muara-muara sungai, dan di dalam suatu teluk. 

(e) Masyarakat petani pedesaan (peasant communities). Kebudayaan petani pedesaan merupakan bagian terbesar dari objek perhatian para ahli antropologi, karena suatu proporsi terbesar dari penduduk dunia masa kini memang masih merupakan petani yang hidup dalam komunitas-komunitas desa, yang berdasarkan pertanian, khususnya bercocok tanam menetap secara tradisional dengan irigasi. 

(f) Masyarakat perkotaan kompleks (complex urban societies). Setelah Perang Dunia II timbul banyak negara baru bekas jajahan, dengan penduduk yang terdiri dari banyak suku bangsa, golongan bahasa, golongan agama dalam wadah satu negara nasional yang merdeka. 

Dalam usaha membangun ekonomi negara secara cepat, kemakmuran diperoleh secara mendadak di kota-kota besar, sehingga timbul gejala baru, yaitu hubungan interaksi antarsuku bangsa dan timbulnya subilmu antropologi spesialisasi yang disebut “antropologi perkotaan” (urban antropology).
Konsep yang mencakup persamaan unsur-unsur kebudayaan antara suku-suku bangsa menjadi kesatuan-kesatuan yang lebih besar lagi adalah konsep “daerah kebudayaan” (culture area).

B. Konsep Daerah Kebudayaan 

Suatu “daerah kebudayaan” (culture area merupakan suatu penggabungan atau penggolongan (yang dilakukan oleh ahli-ahli antropologi) dari suku-suku bangsa yang beragam kebudayaannya, tetapi mempunyai beberapa unsur dan ciri mencolok yang serupa. Suatu sistem penggolongan daerah kebudayaan merupakan suatu sistem klasifikasi yang mengkelaskan beragam suku bangsa yang tersebar di suatu daerah atau benua besar, ke dalam golongan-golongan berdasarkan persamaan unsur kebudayaannya. 

Ciri-ciri penggolongan kebudayaan dalam suatu daerah kebudayaan tidak hanya berwujud unsur kebudayaan fisik (misalnya alat-alat berburu, alat-alat bertani, alat-alat transportasi, senjata, bentuk ornamen perhiasan, bentuk dan gaya pakaian, bentuk tempat kediaman dan sebagainya), tetapi juga unsur-unsur kebudayaan yang lebih abstrak dari sistem sosial atau sistem budaya (misalnya unsur-unsur organisasi kemasyarakatan, sistem perekonomian, upacara-upacara keagamaan, unsur cara berpikir, dan adat istiadat). 
 
Persamaan unsur-unsur dalam suatu daerah kebudayaan tadi biasanya lebih besar pada kebudayaan-kebudayaan yang menjadi pusat dari kebudayaan itu sendiri, dan makin berkurang jumlah unsur-unsur kebudayaan-kebudayaan yang jaraknya jauh dari pusat kebudayaan tersebut.

C. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Utara 

Menurut klasifikasi Clark Wissler ada 10 (sepuluh) daerah kebudayaan di Amerika Utara, yaitu: 

1. Daerah kebudayaan Eskimo.
2. Daerah kebudayaan Yukon-Mackenzie.
3. Daerah kebudayaan pantai barat laut Kanada.
4. Daerah kebudayaan dataran tinggi. Contoh suku Kutenai, dan Yurok.
5. Daerah kebudayaan Plains.
6. Daerah kebudayaan hutan timur.
7. Daerah kebudayaan Dataran California (California Great Basin).
8. Daerah kebudayaan barat daya.
9. Daerah kebudayaan tenggara.
10. Daerah kebudayaan Meksiko.

D. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Latin 

1. Sistem Penggolongan Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Latin 

Benua Amerika Selatan dan Amerika Tengah pertama-tama dibagi ke dalam daerah-daerah kebudayaan Amerika Latin oleh J.M. Cooper. Sistem itu membedakan 4 (empat) tipe kebudayaan di Amerika Latin, yaitu: 
 
(1) Circum Caribbean Cultures,
(2) Andean Civi-lization,
(3) Tropical Forest Cultures,
(4) Marginal Cultures. 

Dalam buku J.H. Steward dan L.C. Faron berjudul Native Peoples of South America (1959) yang merupakan suatu ikhtisar dari seluruh bahan yang tercantum dalam Handbook of the South Ameerican Indians, pada dasarnya sistem klasifikasi Cooper masih dipakai, tetapi dengan beberapa perbaikan menjadi 5 (lima) tipe kebudayaan di Amerika Latin, yaitu: 
 
(1) Cultures with Theocratic and Militaristic Chiefdoms, 
(2) Andean Cultures, 
(3) Southern Andean Cultures, 
(4) Tropical Forest Cultures, 
(5) Cultures of  Nomadic Hunters and Gatheres.

2. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Latin 

a. Daerah kebudayaan Cacique.
b. Daerah kebudayaan Andes.
c. Daerah kebudayaan Andes Selatan.
d. Daerah kebudayaan rimba tropis.
e. Daerah kebudayaan berburu dan meramu.

E. Sub-sub Kawasan Geografi di Oseania 

Kebudayaan-kebudayaan dari penduduk kepulauan di lautan Teduh dalam keseluruhan belum pernah dibagi ke dalam culture areas oleh para ahli antropologi, dan memang lebih mudah untuk menggolongkan beragam kebudayaan yang tersebar di kawasan itu menurut 4 (empat) sub kawasan geografis, yaitu: Kebudayaan penduduk asli Australia, kebudayaan penduduk Irian dan Melanesia, kebudayaan penduduk Mikronesia, dan kebudayaan penduduk Polinesia.

F. Daerah-daerah Kebudayaan di Afrika 

Suatu sistem yang membagi Afrika dan Madagaskar ke dalam 18 daerah kebudayaan, yaitu: 

1. Daerah kebudayaan Afrika Utara.
2. Daerah kebudayaan Hilir Nil.
3. Daerah kebudayaan Sahara.
4. Daerah kebudayaan Sudan Barat.
5. Daerah kebudayaan Sudan Timur.
6. Daerah kebudayaan Hulu Tengah Nil.
7. Daerah kebudayaan Afrika Tengah.
8. Daerah kebudayaan Hulu Selatan Nil.
9. Daerah kebudayaan Tanduk Afrika.
10. Daerah kebudayaan Pantai Guinea.
11. Daerah kebudayaan Bantu Khatulistiwa.
12. Daerah kebudayaan Bantu Danau-Danau.
13. Daerah kebudayaan Bantu Timur.
14. Daerah kebudayaan Bantu Tengah.
15. Daerah kebudayaan Bantu Barat Daya.
16. Daerah kebudayaan Bantu Tenggara.
17. Daerah kebudayaan Choisan.
18. Daerah kebudayaan Madagaskar.

G. Daerah-daerah Kebudayaan di Asia 

A.L. Kroeber membagi Benua Asia ke dalam daerah-daerah kebudayaan. Pembagian itu lebih berdasarkan common sense daripada analisis dan perbandingan unsur-unsur kebudayaan secara mendalam dan meluas. Membagi kawasan Asia menurut pembagian Kroeber dengan beberapa perubahan, ke dalam tujuh bagian, yaitu: 

1. Daerah kebudayaan Asia Tenggara.
2. Daerah kebudayaan Asia Selatan.
3. Daerah kebudayaan Asia Barat Daya.
4. Daerah kebudayaan Cina.
5. Daerah kebudayaan Stepa Asia Tengah.
6. Daerah kebudayaan Siberia.
7. Daerah kebudayaan Asia Timur Laut.

H.Suku-suku Bangsa di Indonesia 

Klasifikasi dari beragam suku bangsa di wilayah Indonesia biasanya masih berdasarkan sistem lingkaran-lingkaran hukum adat yang mula-mula disusun oleh Van Vollenhoven membagi Indonesia ke dalam 19 (sembilan belas) daerah, yaitu: 

1. Aceh.
2. Gayo-Alas dan Batak; Nias dan Batu.
3. Minangkabau; Mentawai.
4. Sumatera Selatan; Enggano
5. Melayu.
6. Bangka dan Belitung;
7. Kaslimantan.
8. Sangir-Talaud.
9. Gorontalo.
10. Toraja.
11. Sulawesi Selatan.
12. Ternate.
13. Ambon Maluku.
14. Kepulauan Barat Daya; Irian.
15. Timor.
16. Bali dan Lombok.
17. Jawa Tengah dan Timur.
18. Surakarta dan Yogyakarta.
19. Jawa Barat.

I. Ras, Bahasa, dan Kebudayaan 

Sejumlah manusia yang memiliki ciri-ciri ras tertentu yang sama, belum tentu mempunyai bahasa induk yang termasuk satu rumpun bahasa, apalagi mempunyai satu kebudayaan yang tergolong satu daerah kebudayaan. Misalnya ada beberapa orang Thai, beberapa orang Khmer, dan beberapa orang Sunda. 
 
Ketiga golongan itu mempunyai ciri-ciri ras yang sama (dalam antropologi fisik disebut ras Paleo-Mongoloid). Namun bahasa induk masing-masing orang tadi termasuk keluarga bahasa yang berlainan. Bahasa Thai termasuk keluarga bahasa Sino-Tibetan; bahasa Khmer termasuk keluarga bahasa Austro-Asia, dan bahasa Sunda termasuk keluarga bahasa Austronesia. Kebudayaan Thai dan Khmer terpenggaruh oleh agama Buddha Theravada dan kebudayaan Sunda terpengaruh oleh agama Islam. 

Ada sejumlah manusia yang memiliki ciri ras berbeda-beda, tetapi menggunakan beberapa bahasa induk yang berasal dari satu keluarga bahasa, sedangkan kebudayaan mereka juga berbeda-beda. Misalnya orang Huwa di daerah pegunungan Madagaskar, orang Jawa, dan orang Irian dari pantai utara Irian Jaya. 
 
Orang Huwa memiliki ciri-ciri ras Negroid dengan beberapa unsur ras Kaukasoid Arab; orang Jawa memiliki ciri-ciri ras Mongoloid-Melayu, dan orang Irian memiliki ciri-ciri ras Melanesoid. Tetapi ketiga golongan tersebut menggunakan bahasa-bahasa yang termasuk satu induk, yaitu bahasa Huwa, bahasa Jawa, dan bahasa Bgu, walaupun bahasa berbeda satu dengan lainnya, tetapi termasuk satu keluarga yang besar, yaitu keluarga bahasa Austronesia. 

Keadaan lain lagi adalah ada sejumlah manusia dengan satu kebudayaan, tetapi berasal dari berbagai ras. Contohnya warga negara Amerika Serikat hidup dalam satu kebudayaan, yaitu kebudayaan Amerika masa kini, tetapi mereka berasal dari berbagai macam ras, yaitu ras Kaukasoid, ras Negroid (American Blacks), ras Mongoloid Amerika (American Indians), dan ras Mongoloid (Chinese American, Japanes Americans, atau Korean Americans). 

Dari contoh-contoh tersebut di atas jelas bahwa perbedaan ras antar manusia di muka bumi mencapai kemantapan sejak beberapa ratus ribu tahun yang lalu, ketika persebaran ras-ras homo sapies mencapai jarak maksimalnya. 
 
Kemantapan proses pencabangan dan persebaran keluarga-keluarga bahasa terjadi kemudian, yaitu sejak beberapa puluh ribu tahun yang lalu, sedang pembentukan dan penyebaran beragam kebudayaan di muka bumi merupakan suatu proses yang terjadi lebih kemudian lagi, yaitu hanya dalam akhir zaman prehistori dan selama zaman histori, yaitu baru kira-kira tiga-empat ribu tahun yang lalu. 
 
Dalam zaman sekarang ini, komunikasi atara manusia dan mobilitas manusia di seluruh penjuru bumi ini makin luas, maka pembauran antara manusia dari berbagai ras, beragam bahasa dan beragam kebudayaan, juga menjadi makin intensif. 



Referensi: 

Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi 2009, Penerbit Rineka Cipta.

1 komentar:

ANALISIS VISUAL DARI PERSPEKTIF ANTROPOLOGI

Analisa Visual merupakan metode bagaimana pikiran memproses informasi visual yang diterimanya dari mata berupa gambar, vidio, dan lain-lain....