Minggu, 26 Juni 2022

Etnografi


www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-metode-penelitian-etnografi

A. Kesatuan Sosial dalam Etnografi

Jenis karangan penting yang mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisis Antropologi adalah karangan Etnografi.

Isi dari sebuah karangan Etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa. Karena seorang ahli antropologi yang mengarang sebuah Etnografi pastinya tidak dapat mencakup seluruh suku bangsa yang besar itu dalam deskripsinya.

Seorang ahli Antropologi Amerika, R. Naroll, pernah menyusun suatu daftar prinsip-prinsip yang biasanya dipergunakan oleh para Ahli Antropologi untuk menentukan batas–batas dari masyarakat, bagian suku bangsa yang menjadi pokok, dan lokasi yang nyata dari deskripsi Etnografi kebudayaan suatu suku bangsa.  

Beberapa modifikasi oleh J. A. Clifton dalam buku pelajarannya, introduction to cultural Anthropologhy, maka daftar itu menjadi seperti yang tercantum dibawah ini:

1. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih,

2. Kesatuan masyarakat yang terdiri dari penduduk yang mengucapkan satu bahasa atau satu logat bahasa,  

3. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politis administratif,

4. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri,

5. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang merupakan kesatuan daerah fisik,

6. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan Ekologi,

7. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami satu penglaman sejarah yang sama,

8. Kesatuan masyarakat dengan peduduk yang frekuensi interaksinya satu dengan lain tingginya merata,

9. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.

B. Kerangka Etnografi

Bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komunitas dari suatu daerah geografi ekologi atau di suatu wilayah administratif tertentu yang menjadi pokok deskripsi sebuah buku etnografi, biasanya dibagi dalam bab-bab tentang unsur-unsur kebudayaan menurut suatu tata urut yang sudah baku. Susunan tata urut itu kita sebut saja “Kerangka Etnografi”.

Untuk merinci unsur-unsur bagian dari suatu kebudayaan, sebaiknya dipakai daftar unsur-unsur kebudayaan universal yang telah diuraikan dalam bab 5, yaitu:

1. Bahasa,
2. Sistem teknologi,
3. Sistem Ekonomi,
4. Organisasi Sosial,
5. Sistem Pengetahuan,
6. Kesenian, dan
7. Sistem Religi.

Sebuah karangan tentang kebudayaan suatu suku bangsa yang disusun menurut kerangka etnogrofi akan terdiri dari bab-bab seperti terdaftar dibawah ini:

1. Lokasi, Lingkungan alam, dan Demografi.
2. Asal mula dan sejarah suku bangsa.
3. Bahasa.
4. Sistem Teknologi.
5. Sistem mata pencarian.
6. Organisasi Sosial.
7. Sistem Pengetahuan.
8. Kesenian.
9. Sistem Religi.  

C. Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi

Dalam menguraikan lokasi atau tempat tinggal dan penyebaran suku bangsa yang menjadi pokok deskripsi etnografi perlu dijelaskan ciri-ciri biografinya, yaitu: iklimnya (tropis, mediteran, iklim sedang atau iklim kutub), sifat daerahnya (pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, jenis kepulauan, daerah rawa, hutan tropis, sabana, stepa, gurun dan sebagainya).

Bahan keterangan geografi dan geologi tersebut sebaiknya dilengkapi dengan peta-peta yang memenuhi syarat ilmiah.

Beberapa masalah yang terutama pada masa kini mendapat perhatian banyak adalah mengenai pengaruh timbal balik antara keadaan alami dengan pola makan dari suatu penduduk guna studi gizi, soal pengaruh timbal balik antara keadaan alam dengan kesehatan, laju kematian dan tingkat fertilitas penduduk, yang sebaliknya berguna untuk studi kependudukan.

Masalah lain yang juga penting adalah masalah hubungan antara alam dan tanah dengan sistem mata pencaharian penduduk. Studi-studi semacam itu disebut juga studi ekologi (ecology).

Suatu etnografi juga harus dilengkapi dengan data demografi, yaitu data mengenai jumlah penduduk yang diperinci dalam jumlah wanita dan jumlah pria, dan sedapat mungkin juga menurut tingkat umur dengan interval 5 tahun, data mengenai laju kelahiran dan laju kematian, serta data mengenai orang yang pindah keluar–masuk desa.

D. Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa

Keterangan mengenai asal mula suku bangsa yang bersangkutan biasanya harus dicari dengan mempergunakan tulisan para ahli pre-history yang pernah melakukan penggalian dan analisis benda-benda kuburan pre-history yang mereka temukan di daerah sekitar lokasi penelitian ahli antropologi tadi.

Seorang ahli pre-history sebenarnya adalah seorang ahli arkeologi, dan dalam hubungan itu ia ahli dalam suatu ilmu bagian dari ilmu sejarah.

Kerja sama antara ahli antroplogi dengan seorang ahli pre-history di Indonesia merupakan suatu kerja sama lintas bidang suatu ilmu, atau interdisiplin.

Untuk mencari keterangan mengenai zaman pre-history suatu suku bangsa, maka seorang ahli antroplogi cukup membaca laporan-laporan hasil penggalian dan penelitian para ahli pre-history tentang daerah umum yang menjadi tempat tinggal suku bangsa yang bersangkutan.

Dalam mitologi suatu bangsa biasanya terdapat dongeng-dongeng suci mengenai penciptaan alam, penciptaan dan penyebaran manusia oleh dewa-dewa religi asli suku bangsa bersangkutan.

Seorang ahli antroplogi harus mampu menginterprestasi dongeng-dongeng ajaib itu, dan mencari artinya, serta indikasi-indikasi tertentu yang dapat menunjuk kearah fakta sejarah yang benar.

Mitologi dan cerita-cerita rakyat yang dapat memberi indikasi kea rah fakta-fakta sejarah dari suatu suku bangsa, dapat hidup secara lisan, dan kalau suku bangsa yang bersangkutan mengenang tulisan tradisional, dapat juga secara tertulis.

Untuk pekerjaan yang sangat teknis sifatnya itu, seorang ahli antropologi memerlukan bantuan seorang ahli naskah-naskah kuno, yaitu: ahli filologi (Philologist).

Keterangan sejarah mengenai zaman, ketika suku bangsa bersangkutan sudah mendapat kontak dengan bangsa-bangsa lain yang menulis tentang kejadian masyarakat, lebih mudah untuk dipergunakan seorang peneliti antropologi.

Biasanya keterangan itu ditulis dalam salah satu bahasa Eropa, yaitu: Inggris, Perancis, Portugis, Spanyol, Jerman, dan kadang-kadang juga dalam bahasa Asia seperti Arab, Parsi, Cina, dan lain-lain.

E. Bahasa

Bahasa atau sistem perlambangan manusia yang lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi satu dengan yang lain, dalam sebuah karangan etnografi, member deskripsi tentng ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan, beserta variasi-variasi dari bahasa itu.

Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsanya dapat diuraikan pengarang Etnografi dengan cara tepat menempatkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, sub-rumpun, keluarga, dan sekeluarga bahasanya, yang wajar dengan beberapa contoh fonetik, fonologi, sintaksis, dan semantic, yang diambil dari bahan ucapan bahasa sehari-hari.

Daftar kata-kata dasar atau basic vocabulary suatu bahasa terdiri dari kira-kira 200 kata mengenai anggota badan (kepala, mata, hidung, mulut, tangan, kaki dan sebagainya), gejala-gejala dari badan-badan alam (angin, hujan, panas, dingin, matahari, awan, langit, dan sebagainya), warna, bilangan, kata kerja pokok (makan, tidur, jalan, duduk, berdiri dan sebagainya).

F. Sistem Teknologi

Teknologi atau cara-cara memproduksi, memakai, dan memelihara segala hidup dari suku bangsa dalam karangan etnografi, cukup membatasi diri terhadap teknologi yang tradisional, yaitu: teknologi dari peralatan hidupnya yang tidak atau hanya secara terbatas dipengaruhi oleh teknologi yang berasal dari kebudayaan Eropa atau kebudayaan “Barat”.

Teknologi tradisional mengenai paling sedikit delapan macam sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang dipakai oleh manusia yang hidup dalam masyarakat kecil berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertaniam, yaitu:

1. Alat-alat produksi
Alat-alat produksi yang dimaksud di sini adalah alat-alat untuk melaksanakan suatu pekerjaan mulai dari alat sederhana seperti batu tumbuk untuk menumbuk terigu, sampai yang agak kompleks seperti alat untuk menenun kain.
 
2. Alat membuat api
Alat membuat api masuk dalam alat-alat produksi. Alat membuat api yang ada yang menggunakan gesekan batu dan gesekan kayu yang diraut.

3. Senjata
Menurut fungsinya, ada senjata potong, senjata tusuk, senjata lempar, dan senjata penolak; sedangkan menurut lapangan lapangan pemakaiannya ada senjata untuk berburu serta menangkap ikan, dan senjata untuk berkelahi dan berperang.

4. Wadah
Wadah atau alat dan tempat untuk menimbun, memuat, dan menyimpan barang(container). Berbagai macam wadah juga dapat dikelaskan menurut bahan mentahnyayaitu kayu, bamboo, kulit kayu, tempurung, serat-seratan, atau tanah liat.

5. Makanan
Makanan dapat juga kita anggap sebagai barang yang dalam ilmu antropologi dapat dibicarakan dalam teknologi dan kebudayaan fisik. Dipandang dari sudut bahanmentahnya, yaitu sayur-mayur dan daun-daunan, buah-buahan, akar-akaran, biji-bijian, daging, susu, dan hasil susu (dairy product), ikan dan sebagainya.

Dari sudut teknologi adalah cara-cara mengolah, memasak. Dan menyajikan makanan dan minuman. Dipandang dari sudut tujuan konsumsinya, makanan dapat digolongkan ke dalam 4 golongan yaitu:

(a) Makanan dalam arti khusus (food),
(b) Minuman (beverage),
(c) Bumbu-bumbuan (spices),
(d) Bahan yang dipakai untuk kenikmatan saja seperti tembakau, madat, dan sebagainya (stimulants).

6. Pakaian
Pakaian adalah suatu benda kebudayaan yang sangat penting untuk hampir semua suku bangsa di dunia.

Dipandang dalam sudut bahan mentahnya pakaian dalam dikelaskan pakaian dari bahan tenun, kulit pohon, kulit binatang dan lain-lain.

Teknik pembuatan bahan pakaian yang paling banyak mendapat perhatian sarjana antropologi adalah cara-cara memintal dan menenun, cara-cara menghias kain tenun dengan teknik-teknik seperti teknik ikat, teknik celup, dan sebagainya.

Ditinjau dari sudut fungsi dan pemakaiannya, pakaian dibagi 4 (empat) golongan, yaitu:

a. Pakaian semata-mata sebagai alat untuk menahan pengaruh dari sekitaran alam.
b. Pakaian sebagai lambang keunggulan dan gengsi.
c. Pakaian sebagai lambang yang dianggap suci.
d. Pakaian sebagai perhiasan badan.

7. Tempat berlindung dan perumahan. Digolongkan menurut bahan mentahnya:

a. Serat, jerami, kayu, dan bambu.
b. Rumah terbuat dari kulit pohon.
c. Rumah terbuat dari tanah liat.
d. Tenda yang dibuat dari kulit binatang.

Dipandang dari sudut pemakaiannya, tempat berlindung dibagi 3 (tiga) golongan, yaitu:

(a) Tadah angin,
(b) Tenda atau gubuk yang segera dapat dilepas, dibawa pindah, dan didirikan lagi, dan
(c) Rumah untuk menetap.

Dipandang dari sudut fungsi sosialnya:

(a) Rumah tempat tinggal keluarga kecil,
(b) Rumah tempat tinggal keluarga besar,
(c) Rumah suci,
(d) Rumahpemujaan,
(e) Rumah tempat berkumpul umum,
(f) Rumah pertahanan.

8. Alat-alat transportasi

Berdasarkan fungsinya, alat-alat transportasi yang terpenting adalah:

(a) Sepatu,
(b) Binatang,
(c) Alat seret,
(d) Kereta beroda,
(e) Rakit, dan
(f) Perahu.

G. Sistem Mata Pencarian

1. Sistem mata pencarian tradisional
Perhatian para ahli antropologi terhadap berbagai macam sistem mata pencarian atau sistem ekonomi hanya terbatas pada sistem-sistem yang bersifat tradisional saja, terutama perhatian terhadap kebudayaan suatu suku bangsa secara holistic.

Berbagai sistem tersebut yaitu berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan, dan bercocok tanam menetap dengan irigasi.

2. Berburu dan meramu
Mata pencarian berburu (hunting) dan meramu (gathering) merupakan satu pencarian manusia yang paling tua, tetapi pada masa sekarang sebagian besar umat manusia telah beralih ke mata pencarian lain, sehingga hanya lebih-kurang setengah juta dari 3000 juta penduduk dunia yang hidup dari berburu dan meramu.

3. Beternak
Beternak secara tradisional (pastoralism) sebagai suatu mata pencarian pokok yang dikerjakan dengan cara besar-besaran, pada masa sekarang dilakukan oleh lebih-kurang 7 juta manusia penduduk dunia.

Bangsa-bangsa peternak biasanya hidup mengembara sepanjang musim semi dan musim panas dalam suatu wilayah tertentu yang sangat luas, mereka berkemah di jalan pada malam hari.

Dalam musim dingin mereka menetap di suatu perkemahan utama atau desa utama yang tetap.

4. Bercocok tanam di Ladang. Cara bercocok tanam diladang, yaitu:

(a) Membuka sebidang tanah dengan memotongbelukar, dan menebang pohon-pohon, kemudian dahan-dahan dan batang-batang yang jatuh bertebaran dibakar setelh kering,

(b) Ladang-ladang yang di buka dengan cara itu kemudian ditanami dengan pengolahan yang minimum dan tanpa irigasi,

(c) Sesudah 2 atau 3 kali memungut hasilnya, tanah yang sudah hilang kesuburannya itu ditinggalkan, sebuah ladang baru dibuka dengan cara yang sama, yaitu dengan menebang dan membakar pohon-pohonnya,

(d) Setelah 10 hingga 12 tahun, mereka akan kembali lagi ke ladang pertama yang sudah tertutup dengan hutan kembali.

5. Menangkap ikan
Menangkap ikan merupakan mata pencarian yang sangat tua. Manusia jSaman purba yang kebetulan hidup di dekat sungai, danau, atau laut telah memanfaatkan sumber alam yang penting itu untuk keperluan hidupnya.

6. Bercocok tanam menetap dengan irigasi
Bercocok tanam menetap pertama-tama timbul di beberapa daerah yang terletak di daerah perairan sungai-sungai besar.

Ilmu antropologi juga menaruh perhatian terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan bercocok tanam menetap, yaitu: tanah dan modal, tenaga kerja, teknologi (masalah organisasi irigasi, pembagian air, dan sebagainya), konsumsi, distribusi, dan pemasaran.

H. Organisasi Sosial

1. Unsur-unsur khusus dalam organisasi sosial
Setiap kehidupan masyarakat di organisasi atau di atur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan tempat individu hidup dan bergaul dari hari ke hari.

Kesatuan yang paling dekat dan mesra adalah kesatuan kekerabatannya, yaitu: keluarga inti yang dekat dan kaum kerabat lain.

2. Sistem Kekerabatan
Sejak masa pertengahan abad ke-19, para ahli antropologi seperti J.J Bachofen, L.H. Morgan, E.B. Taylor dan lain-lain telah banyak membuat analisis mengenai berbagai sistem kekerabatan yang ada di dunia.

Dengan demikian timbul kesadaran antara para ahli ilmu social bahwa bentuk masyarakat keluarga inti berdasarkan monogamy seperti lazimnya dalam masyarakat eropa barat, bukan satu-satunya kemungkinan bentuk sistem kekerabatan di dunia.

L.H. Morgan menemukan suatu metode penelitian sistem kekerabatan yang sangat penting, yaitu bahwa beragam sistem kekerabatan itu erat sangkut pautnya dengan sistem istilah kekerabatan.

Suatu sistem kekerabatan tertentu dengan suatu struktur tertentu, sehingga untuk membuat suatu deskripsi mengenai sistem kekerabatan suku bangsa yang bersangkutan, seorang peneliti pertama-tama harus mencatat semua istilah kekerabatan dalam bahasa suku bangsa tadi.

I. Sistem Pengetahuan

1. Perhatian Antropologi terhadap Pengetahuan
Dalam suatu etnografi biasanya ada berbagai bahan keterangan mengenai sistem pengetahuan dalam kebudayaan suku bangsa yang bersangkutan.

Bahan itu biasanya meliputi pengetahuan mengenai tekhnologi, sering kali juga ada keterangan mengenai pengetahuan yang mencolok dan dianggap aneh oleh pengarangnya.

Sekarang para ahli antropologi sudah sadar bahwa pendirian seperti itu tidak sesuai dengan kenyataan.

Mereka sekarang sudah yakin bahwa suatu masyarakat tidak mungkin dapat hidup tanpa pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan sifat-sifat dari peralatan yang dipakainya.

Berbeda dengan binatang, dalam hidupnya manusia tidak banyak di pimpin oleh nalurinya.

2. Sistem Pengetahuan
Tiap suku bangsa di dunia biasanya mempunyai pengetahuan tentang:

a) Alam sekitar,
b) Alam Flora di daerah tempat tinggalnya,
c) Alam Fauna di daerah tempat tinggalnya,
d) Zat-zat, Bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya,
e) Tubuh Manusia,
f) Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia,
g) Ruang dan Waktu.

J. Sistem Religi

1. Perhatian Ilmu Antropologi Terhadap Religi.
Ketika ilmu Antropologi belum ada dan hanya merupakan suatu himpunan tulisan mengenai adat istiadat yang aneh dari suku-suku bangsa diluar Eropa, Religi telah menjadi suatu pokok penting dalam buku-buku para pengarang tulisan etnografi mengenai suku-suku bangsa itu.

Ketika bahan etnografi tersebut digunakan secara luas oleh dunia ilmiah, perhatian terhadap bahan mengenai upacara keagamaan itusangat besar. Dua hal yang menyebabkan perhatian yang besar itu, yaitu:

a. Upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak secara lahir.
b. Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan di perlukan untuk menyusun teori-teori tentang asal mula religi.

2. Unsur-Unsur Khusus Dalam Sistem Religi
Dalam membahas pokok antropologi tentang religi, sebaiknya juga di bicarakan sistem ilmu ghaib sehingga pokok itu dapat dibagi menjadi 2 (dua) khusus, yaitu:
(1) sistem religi dan (2) sistem ilmu ghaib.

Sistem aktifitas manusia yang bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan (religious emotion).

Emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur yang lain, yaitu sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, suatu umat yang menganut religi itu.

Sistem upacara keagamaan secara khusus mengandung 4 aspek yang menjadi perhatian khusus dari para ahli antropologi, yaitu:

a) Tempat upacara keagamaan dilakukan,
b) Saat-saat upacara keagamaan dijalankan,
c) Benda-benda dan alat-alat upacara,
d) Orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.

Upacara itu sendiri memiliki banyak unsurnya, yaitu:

(a) Bersaji,
(b) Berkorban,
(c) Berdoa,
(d) Makan bersama makanan yang telah di sucikan dengan doa,
(e) Menari tarian suci,
(f) Mmenyanyi nyanyian suci,
(g) Berprosesi atau berpawai,
(h) Memainkan seni drama suci,
(i) Berpuasa,
(j) Intoksikasi (mengaburkan) pikiran dengan makan obat bius sampai kerasukan, mabuk,
(k) Bertapa,
(l) Bersemadi.

K. Kesenian

1. Bab Tentang Kesenian dalam Etnografi
Perhatian terhadap kesenian atau segala ekspresi hasrat manusia akan keindahan, dalam kebudayaan suku-suku bangsa diluar Eropa, mula-mula bersifat deskriptif.

Para pengarang etnografi masa akhir abad ke 19 dan permulaan abad ke 20 dalam karangan-karangan mereka seringkali memuat suatu deskripsi mengenai benda-benda hasil seni, seni rupa, terutama seni patung, seni ukir, seni hias, pada benda alat-alat sehari-hari.

2. Lapangan-Lapangan Khusus dalam Kesenian
Dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspressi hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar, yaitu:

(a) Seni rupa atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata,
(b) Seni suara atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga.

Dalam lapangan seni rupa ada seni patung, seni relief (termasuk seni ukir), seni lukis dan gambar, seni rias. Seni music da yang vocal dan ada yang instrumental, dan seni sastra lebih khusus terdiri dari prosa dan puisi.

Suatu lapangan kesenian yang meliputi kedua bagian tersebut tadi adalah seni gerak atau seni tari karena kesenian ini dapat dinikmati dengan mata maupun telinga.

Akhirnya, ada suatu lapangan kesenian yang meliputi keseluruhannya, yaitu: seni drama, karena lapangan kesenian ini mengandung unsur-unsur dari seni lukis, seni rias, seni music, seni sastra dan seni tari, yang semua di integrasikan menjadi suatu kebulatan.


Reference:

Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi 2009, Penerbit Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANALISIS VISUAL DARI PERSPEKTIF ANTROPOLOGI

Analisa Visual merupakan metode bagaimana pikiran memproses informasi visual yang diterimanya dari mata berupa gambar, vidio, dan lain-lain....