Minggu, 01 Mei 2022

Kebudayaanku: Rumah Adat Tongkonan

https://www.rumah-adat-tongkonan.com

Definisi kebudayaan menurut ilmu antropologi adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:144).

Adat istiadat merupakan aturan atau tata kelakuan yang dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat secara turun temurun. Fungsinya untuk mengatur masyarakat agar tercipta ketertiban di suatu daerah.

Tana Toraja adalah salah satu daerah yang paling populer di Sulawesi Selatan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi sejumlah wisatawan yang datang. Di daerah ini teman-teman dapat menikmati kebudayaan khas suku Toraja yang berada di pegunungan dengan kebudayaan khas Austronesia asli.

Pengertian Rumah Adat Tongkonan sebagai Rumah Adat yang berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan dengan filosofi Aluk Todolo. Rumah Adat Tongkonan juga menjadi simbol martabat keluarga dari masyarakat Toraja sehingga pembangunannya tidak sembarangan. Dengan bentuk desain, hingga posisi rumah dan tiang-tiang rumah adat ini memiliki nilai serta arti.

Pengertian kata Tongkonan menurut Said (2004:49), kata Tongkonan terdiri dari kata “tongkon” yang berarti duduk, mendapat akhiran “an” menjadi Tongkonan artinya tempat duduk yang mengandung pengertian tempat duduk bersama-sama anggota yang terhimpun untuk menjadi suatu kelompok individu yang berasal dari satu keturunan.

Kelompok yang dimaksudkan adalah suatu rumpun keluarga yang diikat oleh suatu ikatan satu keturunan atau berasal dari satu keluarga sehingga rumpun keluarga ini merasa perlu membangun rumah yang merupakan simbol kesatuan rumpun tersebut dan rumah adat itu disebut “Tongkonan”.

Selain rumah adat, orang Toraja mengenal tiga jenis Tongkonan dan fungsinya menurut peran adatnya, walaupun bentuknya sama, yaitu:

  1. Tongkonan Layuk (Pesio’ Aluk) yang kegunaannya sebagai pusat kekuasaan adat, dan tempat untuk bermusyawarah, menyusun aluk sola pemali (aturan dan larangan) dihuni oleh kepala Adat. 
  2. Tongkonan kaparengngesan (pekaindoran atau pekamberan) kegunaannya sebagai tempat melaksanakan pemerintahan adat berdasarkan aturan dari Tongkonan layuk (pesio’ aluk), juga tempat mengadili seseorang jika melanggar peraturan dan larangan. 
  3. Tongkonan Parapuan yang kegunaannya sebagai tempat menunjang, mengatur, serta membina persatuan keluarga dan warisan.

Dinding rumah Tongkonan dibuat dari kayu yang telah diolah menjadi papan. Dinding papan tersebut diberi ukiran yang pada dasarnya terdiri dari empat ukiran utama dalam budaya Toraja. 

Ukiran pada dinding rumah disebut passura’ yang memadati seluruh badan atau dinding rumah. Ukiran pada Rumah Adat Toraja (Tongkonan) masing-masing mempunyai arti dan penempatannya yang mempunyai aturan-aturan yang tetap.

Ukiran dan warna Rumah Adat Tongkonan Toraja disebut passura ’Passura’ yang digunakan memiliki makna cara hidup masyarakat Toraja. 

Empat bentuk dasar utama ukiran Rumah Adat Tongkonan disebut garonto’ passura’ (pokok ukiran) dan sekaligus merupakan lambang kehidupan Toraja, (Bararuallo, 2010), yaitu:

  1. Passura’ pa’ manuk Londong, yaitu ukiran yang berbentuk ayam jantan, biasanya terdapat pada bagian muka dan belakang rumah adat Toraja pada papan atas berbentuk segitiga menutupi Rattiang Banua. Biasanya ukiran ayam jantan diletakkan di atas ukiran pa’ barre allo.
    Makna dari ukiran ini adalah melambangkan kepemimpinan yang arif dan bijaksana, dapat dipercaya oleh karena memiliki kemampuan dalam kebajikan, pemahaman dan intuisinya tepat serta selalu mengatakan apa yang benar.
  2. Passura’ pa’ Barre Allo, yaitu ukiran yang menyerupai bulatan matahari. Jenis ukiran ini banyak ditemukan pada rattiang Banua bagian muka dan bagian belakang rumah.
    Makna dari ukiran adalah percaya bahwa sumber kehidupan dan segala sesuatu yang ada di dunia ini berasal dari Puang Matua (Tuhan Yang Maha Esa), selain itu pemilik Tongkonan mempunyai kedudukan yang memiliki status yang tinggi dalam lapisan sosial di masyarakat Toraja. 
  3. Passura pa’ Tedong, yaitu ukiran yang berbentuk kepala kerbau diukir pada dinding penyangga badan rumah.
    Makna dari ukiran ini adalah kerbau yang merupakan hewan yang paling tinggi nilai sosial yang menunjuk pada status sosial. Untuk itu bagi orang Toraja kerbau dijadikan standar atau ukuran dari semua harta kekayaan. 
  4. Passura pa’ sussu’, yaitu ukiran garis vertikal dan horisontal bentuk ukiran tidak diberi warna pada galian ujung pisau ukir. Selain ukiran-ukiran pada dinding depan rumah dihiasi oleh kepala kerbau yang dibuat dari kayu dengan memakai tanduk kerbau asli. Hiasan ini disebut kabongo’. Diatas kabongo’ diletakkan hiasan berbentuk kepala sampai di leher seekor ayam jantan seolah-olah bertengger di atas kabongo’. Hiasan ini diberi nama seekor ayam jantan yang disebut katik.

Motif ukiran passura’ diambil dari benda, tumbuh-tumbuhan, tumbuh-tumbuhan air, tumbuh-tumbuhan menjalar, buah, bunga, binatang, binatang air, burung, benda langit, dan lain-lain. 

Warna yang dipakai oleh suku Toraja dalam ukiran biasanya hitam, merah, kuning, dan putih.

Merah berarti warna kehidupan, putih adalah warna daging dan tulang manusia, kuning melambangkan kemuliaan dan ketuhanan juga pengabdian, serta warna hitam yang menyimbolkan kesedihan dan kematian. 

Bahan hitam terbuat dari arang periuk, bahan putih dibuat dari kapur sirih dan cuka tuak nira supaya tahan melekat. Bahan merah terbuat dari tanah merah, (Kadang, 1985).

Keunikan Rumah Adat Tongkonan adalah pada mulanya sering digunakan sebagai salah satu pusat budaya masyarakat Toraja. Rumah adat tongkonan ini juga sering digunakan sebagai tempat upacara religi bagi keluarga yang menghuninya. 

Rumah Adat Tongkonan juga digunakan sebagai rumah tradisional atau bangunan, bahkan menjadi sebuah lumbung padi.

Kini rumah adat Tongkonan tak lagi difungsikan sebagai rumah tinggal saja karena hampir setiap penduduk yang menghuni rumah ini juga membangun rumah tinggalnya sendiri.

Sesuai filosofinya, Rumah Adat Tongkonan seluruh aspek kehidupan yang ada dengan ukuran yang luas. Oleh karenanya masyarakat Toraja sangat mensakralkan Rumah Adat Tongkonan hingga kini.



Referensi:

Abdul Aziz Said, 2004, Toraja Simbolisme Unsur Visual Rumah Tradisional, Penerbit: Ombak, Jogyakarta.

Koentjaraningrat, Edisi Revisi 2009, Pengantar Ilmu antropologi, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta. 

Bararuallo, Frans. 2010, Kebudayaan Toraja Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Mendatang, Penerbit: Universitas Atmajaya, Jakarta. 

Kadang, K. 1985, Ukiran Rumah Toradja, Dinas Penerbitan Balai Pustaka, Jakarta.

2 komentar:

  1. Backgroundnya gk bisa warna putih aja ya pak .. isinya menarik utk dibaca . Btw, Asli Toraja ya pak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap Ibu Dosen background sudah saya ganti menjadi warna putih dan Iya Ibu saya asli Toraja. Terima kasih.

      Hapus

ANALISIS VISUAL DARI PERSPEKTIF ANTROPOLOGI

Analisa Visual merupakan metode bagaimana pikiran memproses informasi visual yang diterimanya dari mata berupa gambar, vidio, dan lain-lain....