Minggu, 26 Juni 2022

Etnografi


www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-metode-penelitian-etnografi

A. Kesatuan Sosial dalam Etnografi

Jenis karangan penting yang mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisis Antropologi adalah karangan Etnografi.

Isi dari sebuah karangan Etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa. Karena seorang ahli antropologi yang mengarang sebuah Etnografi pastinya tidak dapat mencakup seluruh suku bangsa yang besar itu dalam deskripsinya.

Seorang ahli Antropologi Amerika, R. Naroll, pernah menyusun suatu daftar prinsip-prinsip yang biasanya dipergunakan oleh para Ahli Antropologi untuk menentukan batas–batas dari masyarakat, bagian suku bangsa yang menjadi pokok, dan lokasi yang nyata dari deskripsi Etnografi kebudayaan suatu suku bangsa.  

Beberapa modifikasi oleh J. A. Clifton dalam buku pelajarannya, introduction to cultural Anthropologhy, maka daftar itu menjadi seperti yang tercantum dibawah ini:

1. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih,

2. Kesatuan masyarakat yang terdiri dari penduduk yang mengucapkan satu bahasa atau satu logat bahasa,  

3. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politis administratif,

4. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri,

5. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang merupakan kesatuan daerah fisik,

6. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan Ekologi,

7. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami satu penglaman sejarah yang sama,

8. Kesatuan masyarakat dengan peduduk yang frekuensi interaksinya satu dengan lain tingginya merata,

9. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.

B. Kerangka Etnografi

Bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komunitas dari suatu daerah geografi ekologi atau di suatu wilayah administratif tertentu yang menjadi pokok deskripsi sebuah buku etnografi, biasanya dibagi dalam bab-bab tentang unsur-unsur kebudayaan menurut suatu tata urut yang sudah baku. Susunan tata urut itu kita sebut saja “Kerangka Etnografi”.

Untuk merinci unsur-unsur bagian dari suatu kebudayaan, sebaiknya dipakai daftar unsur-unsur kebudayaan universal yang telah diuraikan dalam bab 5, yaitu:

1. Bahasa,
2. Sistem teknologi,
3. Sistem Ekonomi,
4. Organisasi Sosial,
5. Sistem Pengetahuan,
6. Kesenian, dan
7. Sistem Religi.

Sebuah karangan tentang kebudayaan suatu suku bangsa yang disusun menurut kerangka etnogrofi akan terdiri dari bab-bab seperti terdaftar dibawah ini:

1. Lokasi, Lingkungan alam, dan Demografi.
2. Asal mula dan sejarah suku bangsa.
3. Bahasa.
4. Sistem Teknologi.
5. Sistem mata pencarian.
6. Organisasi Sosial.
7. Sistem Pengetahuan.
8. Kesenian.
9. Sistem Religi.  

C. Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi

Dalam menguraikan lokasi atau tempat tinggal dan penyebaran suku bangsa yang menjadi pokok deskripsi etnografi perlu dijelaskan ciri-ciri biografinya, yaitu: iklimnya (tropis, mediteran, iklim sedang atau iklim kutub), sifat daerahnya (pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, jenis kepulauan, daerah rawa, hutan tropis, sabana, stepa, gurun dan sebagainya).

Bahan keterangan geografi dan geologi tersebut sebaiknya dilengkapi dengan peta-peta yang memenuhi syarat ilmiah.

Beberapa masalah yang terutama pada masa kini mendapat perhatian banyak adalah mengenai pengaruh timbal balik antara keadaan alami dengan pola makan dari suatu penduduk guna studi gizi, soal pengaruh timbal balik antara keadaan alam dengan kesehatan, laju kematian dan tingkat fertilitas penduduk, yang sebaliknya berguna untuk studi kependudukan.

Masalah lain yang juga penting adalah masalah hubungan antara alam dan tanah dengan sistem mata pencaharian penduduk. Studi-studi semacam itu disebut juga studi ekologi (ecology).

Suatu etnografi juga harus dilengkapi dengan data demografi, yaitu data mengenai jumlah penduduk yang diperinci dalam jumlah wanita dan jumlah pria, dan sedapat mungkin juga menurut tingkat umur dengan interval 5 tahun, data mengenai laju kelahiran dan laju kematian, serta data mengenai orang yang pindah keluar–masuk desa.

D. Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa

Keterangan mengenai asal mula suku bangsa yang bersangkutan biasanya harus dicari dengan mempergunakan tulisan para ahli pre-history yang pernah melakukan penggalian dan analisis benda-benda kuburan pre-history yang mereka temukan di daerah sekitar lokasi penelitian ahli antropologi tadi.

Seorang ahli pre-history sebenarnya adalah seorang ahli arkeologi, dan dalam hubungan itu ia ahli dalam suatu ilmu bagian dari ilmu sejarah.

Kerja sama antara ahli antroplogi dengan seorang ahli pre-history di Indonesia merupakan suatu kerja sama lintas bidang suatu ilmu, atau interdisiplin.

Untuk mencari keterangan mengenai zaman pre-history suatu suku bangsa, maka seorang ahli antroplogi cukup membaca laporan-laporan hasil penggalian dan penelitian para ahli pre-history tentang daerah umum yang menjadi tempat tinggal suku bangsa yang bersangkutan.

Dalam mitologi suatu bangsa biasanya terdapat dongeng-dongeng suci mengenai penciptaan alam, penciptaan dan penyebaran manusia oleh dewa-dewa religi asli suku bangsa bersangkutan.

Seorang ahli antroplogi harus mampu menginterprestasi dongeng-dongeng ajaib itu, dan mencari artinya, serta indikasi-indikasi tertentu yang dapat menunjuk kearah fakta sejarah yang benar.

Mitologi dan cerita-cerita rakyat yang dapat memberi indikasi kea rah fakta-fakta sejarah dari suatu suku bangsa, dapat hidup secara lisan, dan kalau suku bangsa yang bersangkutan mengenang tulisan tradisional, dapat juga secara tertulis.

Untuk pekerjaan yang sangat teknis sifatnya itu, seorang ahli antropologi memerlukan bantuan seorang ahli naskah-naskah kuno, yaitu: ahli filologi (Philologist).

Keterangan sejarah mengenai zaman, ketika suku bangsa bersangkutan sudah mendapat kontak dengan bangsa-bangsa lain yang menulis tentang kejadian masyarakat, lebih mudah untuk dipergunakan seorang peneliti antropologi.

Biasanya keterangan itu ditulis dalam salah satu bahasa Eropa, yaitu: Inggris, Perancis, Portugis, Spanyol, Jerman, dan kadang-kadang juga dalam bahasa Asia seperti Arab, Parsi, Cina, dan lain-lain.

E. Bahasa

Bahasa atau sistem perlambangan manusia yang lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi satu dengan yang lain, dalam sebuah karangan etnografi, member deskripsi tentng ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan, beserta variasi-variasi dari bahasa itu.

Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsanya dapat diuraikan pengarang Etnografi dengan cara tepat menempatkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, sub-rumpun, keluarga, dan sekeluarga bahasanya, yang wajar dengan beberapa contoh fonetik, fonologi, sintaksis, dan semantic, yang diambil dari bahan ucapan bahasa sehari-hari.

Daftar kata-kata dasar atau basic vocabulary suatu bahasa terdiri dari kira-kira 200 kata mengenai anggota badan (kepala, mata, hidung, mulut, tangan, kaki dan sebagainya), gejala-gejala dari badan-badan alam (angin, hujan, panas, dingin, matahari, awan, langit, dan sebagainya), warna, bilangan, kata kerja pokok (makan, tidur, jalan, duduk, berdiri dan sebagainya).

F. Sistem Teknologi

Teknologi atau cara-cara memproduksi, memakai, dan memelihara segala hidup dari suku bangsa dalam karangan etnografi, cukup membatasi diri terhadap teknologi yang tradisional, yaitu: teknologi dari peralatan hidupnya yang tidak atau hanya secara terbatas dipengaruhi oleh teknologi yang berasal dari kebudayaan Eropa atau kebudayaan “Barat”.

Teknologi tradisional mengenai paling sedikit delapan macam sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang dipakai oleh manusia yang hidup dalam masyarakat kecil berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertaniam, yaitu:

1. Alat-alat produksi
Alat-alat produksi yang dimaksud di sini adalah alat-alat untuk melaksanakan suatu pekerjaan mulai dari alat sederhana seperti batu tumbuk untuk menumbuk terigu, sampai yang agak kompleks seperti alat untuk menenun kain.
 
2. Alat membuat api
Alat membuat api masuk dalam alat-alat produksi. Alat membuat api yang ada yang menggunakan gesekan batu dan gesekan kayu yang diraut.

3. Senjata
Menurut fungsinya, ada senjata potong, senjata tusuk, senjata lempar, dan senjata penolak; sedangkan menurut lapangan lapangan pemakaiannya ada senjata untuk berburu serta menangkap ikan, dan senjata untuk berkelahi dan berperang.

4. Wadah
Wadah atau alat dan tempat untuk menimbun, memuat, dan menyimpan barang(container). Berbagai macam wadah juga dapat dikelaskan menurut bahan mentahnyayaitu kayu, bamboo, kulit kayu, tempurung, serat-seratan, atau tanah liat.

5. Makanan
Makanan dapat juga kita anggap sebagai barang yang dalam ilmu antropologi dapat dibicarakan dalam teknologi dan kebudayaan fisik. Dipandang dari sudut bahanmentahnya, yaitu sayur-mayur dan daun-daunan, buah-buahan, akar-akaran, biji-bijian, daging, susu, dan hasil susu (dairy product), ikan dan sebagainya.

Dari sudut teknologi adalah cara-cara mengolah, memasak. Dan menyajikan makanan dan minuman. Dipandang dari sudut tujuan konsumsinya, makanan dapat digolongkan ke dalam 4 golongan yaitu:

(a) Makanan dalam arti khusus (food),
(b) Minuman (beverage),
(c) Bumbu-bumbuan (spices),
(d) Bahan yang dipakai untuk kenikmatan saja seperti tembakau, madat, dan sebagainya (stimulants).

6. Pakaian
Pakaian adalah suatu benda kebudayaan yang sangat penting untuk hampir semua suku bangsa di dunia.

Dipandang dalam sudut bahan mentahnya pakaian dalam dikelaskan pakaian dari bahan tenun, kulit pohon, kulit binatang dan lain-lain.

Teknik pembuatan bahan pakaian yang paling banyak mendapat perhatian sarjana antropologi adalah cara-cara memintal dan menenun, cara-cara menghias kain tenun dengan teknik-teknik seperti teknik ikat, teknik celup, dan sebagainya.

Ditinjau dari sudut fungsi dan pemakaiannya, pakaian dibagi 4 (empat) golongan, yaitu:

a. Pakaian semata-mata sebagai alat untuk menahan pengaruh dari sekitaran alam.
b. Pakaian sebagai lambang keunggulan dan gengsi.
c. Pakaian sebagai lambang yang dianggap suci.
d. Pakaian sebagai perhiasan badan.

7. Tempat berlindung dan perumahan. Digolongkan menurut bahan mentahnya:

a. Serat, jerami, kayu, dan bambu.
b. Rumah terbuat dari kulit pohon.
c. Rumah terbuat dari tanah liat.
d. Tenda yang dibuat dari kulit binatang.

Dipandang dari sudut pemakaiannya, tempat berlindung dibagi 3 (tiga) golongan, yaitu:

(a) Tadah angin,
(b) Tenda atau gubuk yang segera dapat dilepas, dibawa pindah, dan didirikan lagi, dan
(c) Rumah untuk menetap.

Dipandang dari sudut fungsi sosialnya:

(a) Rumah tempat tinggal keluarga kecil,
(b) Rumah tempat tinggal keluarga besar,
(c) Rumah suci,
(d) Rumahpemujaan,
(e) Rumah tempat berkumpul umum,
(f) Rumah pertahanan.

8. Alat-alat transportasi

Berdasarkan fungsinya, alat-alat transportasi yang terpenting adalah:

(a) Sepatu,
(b) Binatang,
(c) Alat seret,
(d) Kereta beroda,
(e) Rakit, dan
(f) Perahu.

G. Sistem Mata Pencarian

1. Sistem mata pencarian tradisional
Perhatian para ahli antropologi terhadap berbagai macam sistem mata pencarian atau sistem ekonomi hanya terbatas pada sistem-sistem yang bersifat tradisional saja, terutama perhatian terhadap kebudayaan suatu suku bangsa secara holistic.

Berbagai sistem tersebut yaitu berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan, dan bercocok tanam menetap dengan irigasi.

2. Berburu dan meramu
Mata pencarian berburu (hunting) dan meramu (gathering) merupakan satu pencarian manusia yang paling tua, tetapi pada masa sekarang sebagian besar umat manusia telah beralih ke mata pencarian lain, sehingga hanya lebih-kurang setengah juta dari 3000 juta penduduk dunia yang hidup dari berburu dan meramu.

3. Beternak
Beternak secara tradisional (pastoralism) sebagai suatu mata pencarian pokok yang dikerjakan dengan cara besar-besaran, pada masa sekarang dilakukan oleh lebih-kurang 7 juta manusia penduduk dunia.

Bangsa-bangsa peternak biasanya hidup mengembara sepanjang musim semi dan musim panas dalam suatu wilayah tertentu yang sangat luas, mereka berkemah di jalan pada malam hari.

Dalam musim dingin mereka menetap di suatu perkemahan utama atau desa utama yang tetap.

4. Bercocok tanam di Ladang. Cara bercocok tanam diladang, yaitu:

(a) Membuka sebidang tanah dengan memotongbelukar, dan menebang pohon-pohon, kemudian dahan-dahan dan batang-batang yang jatuh bertebaran dibakar setelh kering,

(b) Ladang-ladang yang di buka dengan cara itu kemudian ditanami dengan pengolahan yang minimum dan tanpa irigasi,

(c) Sesudah 2 atau 3 kali memungut hasilnya, tanah yang sudah hilang kesuburannya itu ditinggalkan, sebuah ladang baru dibuka dengan cara yang sama, yaitu dengan menebang dan membakar pohon-pohonnya,

(d) Setelah 10 hingga 12 tahun, mereka akan kembali lagi ke ladang pertama yang sudah tertutup dengan hutan kembali.

5. Menangkap ikan
Menangkap ikan merupakan mata pencarian yang sangat tua. Manusia jSaman purba yang kebetulan hidup di dekat sungai, danau, atau laut telah memanfaatkan sumber alam yang penting itu untuk keperluan hidupnya.

6. Bercocok tanam menetap dengan irigasi
Bercocok tanam menetap pertama-tama timbul di beberapa daerah yang terletak di daerah perairan sungai-sungai besar.

Ilmu antropologi juga menaruh perhatian terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan bercocok tanam menetap, yaitu: tanah dan modal, tenaga kerja, teknologi (masalah organisasi irigasi, pembagian air, dan sebagainya), konsumsi, distribusi, dan pemasaran.

H. Organisasi Sosial

1. Unsur-unsur khusus dalam organisasi sosial
Setiap kehidupan masyarakat di organisasi atau di atur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan tempat individu hidup dan bergaul dari hari ke hari.

Kesatuan yang paling dekat dan mesra adalah kesatuan kekerabatannya, yaitu: keluarga inti yang dekat dan kaum kerabat lain.

2. Sistem Kekerabatan
Sejak masa pertengahan abad ke-19, para ahli antropologi seperti J.J Bachofen, L.H. Morgan, E.B. Taylor dan lain-lain telah banyak membuat analisis mengenai berbagai sistem kekerabatan yang ada di dunia.

Dengan demikian timbul kesadaran antara para ahli ilmu social bahwa bentuk masyarakat keluarga inti berdasarkan monogamy seperti lazimnya dalam masyarakat eropa barat, bukan satu-satunya kemungkinan bentuk sistem kekerabatan di dunia.

L.H. Morgan menemukan suatu metode penelitian sistem kekerabatan yang sangat penting, yaitu bahwa beragam sistem kekerabatan itu erat sangkut pautnya dengan sistem istilah kekerabatan.

Suatu sistem kekerabatan tertentu dengan suatu struktur tertentu, sehingga untuk membuat suatu deskripsi mengenai sistem kekerabatan suku bangsa yang bersangkutan, seorang peneliti pertama-tama harus mencatat semua istilah kekerabatan dalam bahasa suku bangsa tadi.

I. Sistem Pengetahuan

1. Perhatian Antropologi terhadap Pengetahuan
Dalam suatu etnografi biasanya ada berbagai bahan keterangan mengenai sistem pengetahuan dalam kebudayaan suku bangsa yang bersangkutan.

Bahan itu biasanya meliputi pengetahuan mengenai tekhnologi, sering kali juga ada keterangan mengenai pengetahuan yang mencolok dan dianggap aneh oleh pengarangnya.

Sekarang para ahli antropologi sudah sadar bahwa pendirian seperti itu tidak sesuai dengan kenyataan.

Mereka sekarang sudah yakin bahwa suatu masyarakat tidak mungkin dapat hidup tanpa pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan sifat-sifat dari peralatan yang dipakainya.

Berbeda dengan binatang, dalam hidupnya manusia tidak banyak di pimpin oleh nalurinya.

2. Sistem Pengetahuan
Tiap suku bangsa di dunia biasanya mempunyai pengetahuan tentang:

a) Alam sekitar,
b) Alam Flora di daerah tempat tinggalnya,
c) Alam Fauna di daerah tempat tinggalnya,
d) Zat-zat, Bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya,
e) Tubuh Manusia,
f) Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia,
g) Ruang dan Waktu.

J. Sistem Religi

1. Perhatian Ilmu Antropologi Terhadap Religi.
Ketika ilmu Antropologi belum ada dan hanya merupakan suatu himpunan tulisan mengenai adat istiadat yang aneh dari suku-suku bangsa diluar Eropa, Religi telah menjadi suatu pokok penting dalam buku-buku para pengarang tulisan etnografi mengenai suku-suku bangsa itu.

Ketika bahan etnografi tersebut digunakan secara luas oleh dunia ilmiah, perhatian terhadap bahan mengenai upacara keagamaan itusangat besar. Dua hal yang menyebabkan perhatian yang besar itu, yaitu:

a. Upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak secara lahir.
b. Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan di perlukan untuk menyusun teori-teori tentang asal mula religi.

2. Unsur-Unsur Khusus Dalam Sistem Religi
Dalam membahas pokok antropologi tentang religi, sebaiknya juga di bicarakan sistem ilmu ghaib sehingga pokok itu dapat dibagi menjadi 2 (dua) khusus, yaitu:
(1) sistem religi dan (2) sistem ilmu ghaib.

Sistem aktifitas manusia yang bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan (religious emotion).

Emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur yang lain, yaitu sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, suatu umat yang menganut religi itu.

Sistem upacara keagamaan secara khusus mengandung 4 aspek yang menjadi perhatian khusus dari para ahli antropologi, yaitu:

a) Tempat upacara keagamaan dilakukan,
b) Saat-saat upacara keagamaan dijalankan,
c) Benda-benda dan alat-alat upacara,
d) Orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.

Upacara itu sendiri memiliki banyak unsurnya, yaitu:

(a) Bersaji,
(b) Berkorban,
(c) Berdoa,
(d) Makan bersama makanan yang telah di sucikan dengan doa,
(e) Menari tarian suci,
(f) Mmenyanyi nyanyian suci,
(g) Berprosesi atau berpawai,
(h) Memainkan seni drama suci,
(i) Berpuasa,
(j) Intoksikasi (mengaburkan) pikiran dengan makan obat bius sampai kerasukan, mabuk,
(k) Bertapa,
(l) Bersemadi.

K. Kesenian

1. Bab Tentang Kesenian dalam Etnografi
Perhatian terhadap kesenian atau segala ekspresi hasrat manusia akan keindahan, dalam kebudayaan suku-suku bangsa diluar Eropa, mula-mula bersifat deskriptif.

Para pengarang etnografi masa akhir abad ke 19 dan permulaan abad ke 20 dalam karangan-karangan mereka seringkali memuat suatu deskripsi mengenai benda-benda hasil seni, seni rupa, terutama seni patung, seni ukir, seni hias, pada benda alat-alat sehari-hari.

2. Lapangan-Lapangan Khusus dalam Kesenian
Dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspressi hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar, yaitu:

(a) Seni rupa atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata,
(b) Seni suara atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga.

Dalam lapangan seni rupa ada seni patung, seni relief (termasuk seni ukir), seni lukis dan gambar, seni rias. Seni music da yang vocal dan ada yang instrumental, dan seni sastra lebih khusus terdiri dari prosa dan puisi.

Suatu lapangan kesenian yang meliputi kedua bagian tersebut tadi adalah seni gerak atau seni tari karena kesenian ini dapat dinikmati dengan mata maupun telinga.

Akhirnya, ada suatu lapangan kesenian yang meliputi keseluruhannya, yaitu: seni drama, karena lapangan kesenian ini mengandung unsur-unsur dari seni lukis, seni rias, seni music, seni sastra dan seni tari, yang semua di integrasikan menjadi suatu kebulatan.


Reference:

Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi 2009, Penerbit Rineka Cipta.

ETIKA DAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SDM

www.kemenkopmk.go.id/membangun-sdm-indonesia-membangun-sinergitas 

Hard skill dan Soft skill memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Terutama soft skill dalam lingkup pekerjaan dan pergaulan. 

Bagi para fresh graduate, pencari kerja, atau pekerja, ketika mau melamar pekerjaan, kita pasti mencantumkan hard skill dan soft skill yang kita miliki di CV agar perekrut tahu bahwa kita memenuhi requirements yang diberikan perusahaan.

Berikut ini perbedaan dan contoh Hard skill dan Soft skill, yakni:

Hard skill merupakan keterampilan atau pengetahuan khusus yang dibutuhkan untuk sebuah pekerjaan. Contohnya, untuk pekerjaan Operating Computer, maka hard skill yang harus dimiliki adalah paham MS Office, Email, Web, dan lainnya. 

Hard skill merupakan keterampilan yang bisa dipelajari dan terukur. Umumnya, hard skill bisa dipelajari dan dikembangkan melalui pendidikan formal, kursus, pelatihan perusahaan, atau sertifikasi.

Soft skill merupakan atribut pribadi atau bisa juga disebut kemampuan interpersonal yang lebih menunjukkan bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain. 

Contohnya, kemampuan meyakinkan orang lain, mempengaruhi, memahami keadaan, mengarahkan pilihan, kemampuan membina hubungan interpersonal, pengendalian emosi, respect terhadap orang lain, penggunaan bahasa tubuh dan pemilihan kata yang diplomatis, dan lainnya yang sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan karir seseorang di masa yang akan datang. 

Soft skill bisa dipelajari melalui kursus atau pelatihan. Tapi, karena soft skill adalah kepribadian dasar seseorang atau bawaan, maka cara terbaik untuk meningkatkannya adalah dengan banyak berinteraksi dengan orang lain dan mengamati lingkungan sekitar.

Sedangkan, untuk pekerjaan yang memerlukan keahlian teknis atau technical skill, manusia lebih banyak berinteraksi dengan mesin atau alat-alat berat. 

Dalam etika dan pengembangan kepribadian sumber daya manusia (SDM) terdapat 3 (tiga) hal penting, yaitu: (1) Komunikasi; (2) Etika; dan (3) Kepribadian.

I. Komunikasi 

Definisi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari sender (pembicara) kepada receiver (pendengar) melalui suatu channel (saluran) serta menghasilkan feedback (umpan balik).

Dengan kata lain, pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain; Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain; Saluran (channel) adalah media di mana pesan disampaikan kepada komunikan; Efek adalah salah satu dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan.

Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feedback) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.

Konsep Dasar Harold D. Laswell, seorang ahli politik pada tahun 1948 dengan pernyataan bahwa  proses komunikasi adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan, yaitu: ”Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect”, artinya “Siapa mengatakan Apa melalui Saluran apa kepada Siapa dengan Efek apa”.  

Awalnya konsep komunikasi Lasswell dikembangkan untuk menganalisis komunikasi massa, khususnya sebagai media politik propaganda. Laswell sudah memasukkan unsur channel termasuk media massa dalam proses komunikasi.

Arus komunikasi dalam konsep ini masih satu arah dengan beragam efek komunikasi seperti mempengaruhi, menghibur, dan menekankan sesuatu, intinya adalah untuk mempengaruhi. Konsep ini termasuk konsep komunikasi tertua yang masih digunakan hingga saat ini.

Seiring perkembangan zaman, konsep komunikasi tersebut digunakan untuk menganalisis komunikasi interpersonal atau antar pribadi dan komunikasi kelompok yang menjadi sasaran penyebarluasan pesan.

Tujuan Komunikasi: 

Umumnya tujuan komunikasi, yaitu: memberi Informasi atau Informing, Persuasi atau Persuading dan melakukan Kolaborasi atau Collaborating.

Penjelasan masing-masing tujuan tersebut, sebagai berikut: 

1. Informing atau Informasi, Informasi yang dimaksud adalah informasi yang memiliki kaitan dengan aktivitas bersama berbagai pihak. 

Contohnya, seorang sales yang ingin meningkatkan target pencapaiannya, maka ia akan berusaha untuk memasang iklan di berbagai media.

2. Persuading atau Persuasi, Persuasi adalah komunikasi yang digunakan untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain. Melalui persuasi setiap individu mencoba berusaha mempengaruhi kepercayaan dan harapan orang lain. 

Contohnya, dalam aktivitas pemasaran agar dapat mempengaruhi orang untuk membeli sebuah produk atau juga dalam penegasan saat melakukan konfirmasi pesanan konsumen agar tidak terjadi kesalahan dalam pemesanan.

3. Collaborating atau Kolaborasi, Kolaborasi merupakan satu bentuk kerjasama dan interaksi antara pihak yang terlibat langsung dan tidak langsung yang dapat menerima akibat dan manfaat. Adanya komunikasi inilah yang membuat kerjasama bisnis dapat dilakukan dengan lebih mudah. 

Contohnya, komunikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai media melalui telepon, email dan berbagai media lainnya.

Memahami sikap individu atau kelompok terdiri atas 3 (tiga) komponen, yaitu: 

  1. Komponen Kognitif,
  2. Komponen Afektif,
  3. Komponen Konatif.

Komponen Kognitif berupa keyakinan seseorang (behavior belief dan group belief); Komponen Afektif menyangkut aspek emosional, dan Komponen Konatif merupakan aspek kecenderungan bertindak sesuai dengan sikapnya.

  1. Komponen Kognitif, berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Persepsi dan kepercayaan seseorang mengenai objek sikap berwujud pendapat (opini) dan sering kali merupakan stereotipe atau sesuatu yang telah terpolakan dalam pikirannya. Kebutuhan emosional merupakan determinan utama bagi terbentuknya kepercayaan mengenai sesuatu. 
  2. Komponen Afektif, melibatkan perasaan atau emosi. Reaksi emosional individu terhadap suatu objek akan membentuk sikap positif atau negatif terhadap objek tersebut. Reaksi emosional ini banyak ditentukan oleh kepercayaan terhadap suatu objek, yakni: kepercayaan suatu objek baik atau tidak baik, bermanfaat atau tidak bermanfaat.
  3. Komponen Konatif, atau kecenderungan bertindak (berperilaku) dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap. Perilaku seseorang dalam situasi tertentu dan dalam menghadapi stimulus tertentu banyak ditentukan oleh kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual.
Tubuh Bicara Wajah Berkata

Jangan menggunakan tekanan suara atau ekpresi wajah yang bertentangan dengan kata-kata yang Anda ucapkan, dan yang memberi kesan berbeda dengan cara Anda pikirkan. 

Anda harus mengontrolnya dengan cermat pada saat berkomunikasi dengan orang lain. Juga, ingatlah selalu bahwa bahasa tubuh yang diperlihatkan audience Anda akan memberi tahu Anda apakah sikap Anda dalam berkomunikasi efektif atau tidak.

Berikut ini beberapa hal wajib dipelajari bila ingin membaca bahasa tubuh orang lain, yakni: 

1. Ekspresi Wajah adalah salah satu bagian dari bahasa tubuh yang mampu memperlihatkan kredibilitas, keramahan, dan kecerdasan seseorang. 

Perkataan yang dikeluarkan seseorang bisa saja tidak benar atau bohong. Namun, ekspresi yang ditunjukkannya lah yang lebih menunjukkan situasi yang sebenarnya. 

Contohnya, emosi dapat diekspresikan melalui ekspresi wajah seperti bahagia, sedih, marah, heran, bingung, takut, menghina, kaget, dan lain-lain. 

2. Amati Gerakan Mata kata pepatah “mata adalah jendela hati”. Pasalnya, mata mampu menunjukkan hal yang sedang dirasakan atau dipikirkan seseorang. 

Memperhatikan gerakan mata berikut ini beberapa hal bisa menjadi cara membaca bahasa tubuh orang lain, yakni: 

  1. Orang yang menjaga kontak mata saat bercakap dengan anda berarti ia tertarik pada topik yang dibicarakan,
  2. Bila kontak mata dilakukan cukup lama dan tajam, bisa jadi ia sedang memberikan ancaman, 
  3. Sering mengalihkan pandangan menunjukkan orang tersebut merasa terganggu, tidak nyaman, atau menyembunyikan sesuatu.
  4. Orang yang berkedip lebih cepat berarti sedang merasa tertekan, tidak nyaman, atau sedang berbohong,
  5. Bagian yang lebih gelap di tengah mata (pupil) membesar menandakan orang tersebut tertarik atau terangsang pada objek yang dilihatnya, 
  6. Mata terbelalak menunjukan orang tersebut terkejut atau takut, 
  7. Mata agak memicing menunjukkan orang tersebut sedang menyelidiki sesuatu.

3. Amati Gerakan Bibirnya, senyum tidak selalu menandakan rasa senang atau bahagia, ternyata ada banyak emosi dan arti dibalik senyuman. 

Berikut ini cara membaca bahasa tubuh seseorang adalah memperhatikan gerakan bibir, yakni: 

  1. Menggigit bibir menunjukkan perasaan khawatir, cemas, takut, tidak aman, dan tertekan.
  2. Mengatupkan bibir pertanda ketidaksetujuan, ketidakpercayaan, atau ketidaksukaan.
  3. Ujung bibir turun ke bawah menunjukkan ketidaksetujuan atau kesedihan.
  4. Ujung bibir yang turun bisa menandakan sikap meremehkan, menghina, atau merendahkan orang lain.

4. Amati Gesturnya, gestur atau gerak-gerik merupakan bahasa tubuh yang paling jelas dan mudah dimengerti. 

Contohnya, melambaikan tangan, mengepalkan tangan, menunjuk, atau membuat tanda V dengan jari. Namun, cara membaca bahasa tubuh berdasarkan gestur ternyata tidak sama maknanya di semua negara. 

Contohnya, gestur acungan jempol. Gestur ini bisa diartikan sebagai apresiasi kepada seseorang, tapi juga memiliki arti lain yaitu terserah bila di negara Iran. 

Tidak hanya itu, acungan jempol juga pertanda membutuhkan tumpangan pada kendaraan yang lewat. Contoh lainnya, di India orang terbiasa berbicara sambil menggelengkan kepala, bukan sebagai tanda tidak setuju tapi untuk menekankan perkataannya.

5. Amati Posisi Lengan dan Kakinya, mengamati posisi lengan dan kaki juga bisa digunakan sebagai cara membaca bahasa tubuh orang lain. 

Contohnya, seseorang yang menyilangkan tangan bermaksud untuk mempertahankan diri atau melindungi diri. 

Melipat tangan di dada menunjukkan sikap berkuasa, bosan, atau marah. Sementara menyilangkan kaki ditunjukkan ketika seseorang membutuhkan privasi. 

Menggerakan jari atau kaki dengan cepat menunjukkan perasaan gelisah, bosan, tidak sabar, atau tertekan.

6. Amati Postur Tubuhnya, dapat menjadi cara membaca bahasa tubuh dan dapat menunjukkan kepribadian seseorang. 

Orang yang memiliki posisi duduk tegak menunjukkan bahwa ia orang yang fokus dan memperhatikan hal yang sedang dilakukannya. 

Sementara orang yang duduk dengan tubuh membungkuk ke depan atau ke sisi lain, mengisyaratkan kebosanan dan ketidakpedulian.

Orang yang memiliki postur tubuh terbuka dan tegap memiliki sifat yang terbuka dan ramah. Sebaliknya, orang yang memiliki postur tubuh membungkuk menunjukkan perasaan tidak semangat, ragu, atau cemas. 

Komunikasi Efektif merupakan komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada setiap orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi.

Tujuan Komunikasi Efektif, yakni: 
  1. Memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap,
  2. Mudah dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan,
  3. Agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seimbang sehingga tidak terjadi monoton,
  4. Komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.

Fungsi Komunikasi Efektif, yakni:

  1. Membentuk Hubungan & Menjaga Hubungan Baik.
  2. Menyampaikan Pesan & Informasi.
  3. Jalan Menuju Sukses.
  4. Membangun Citra Diri.
  5. Mengubah Sikap dan Prilaku.
  6. Pemecahan Masalah Hubungan.

Perilaku manusia terdiri dari perilaku vokal sebanyak 7%, verbal 38%, dan visual 55%. Gunakan semua bagian tubuh untuk berkomunikasi, dari perkataan sampai gerakan, karena Kepribadian kita akan kelihatan dengan sendirinya.

Contoh Teknik Komunikasi yang Baik, yakni: 

  1. Kata dan kalimat yang baik.
  2. Mudah dimengerti oleh lawan bicara.
  3. Menatap mata lawan bicara.
  4. Ekspresi wajah yang ramah.
  5. Gerakan tubuh /Gestur.
  6. Bertingkah laku yang baik dan ramah.
  7. Pakaian yang rapi.
  8. Kontrol Emosi lawan bicara.
  9. Menerima segala perbedaan pendapat/perselisihan.
  10. Menyesuaikan gaya komunikasi lawan bicara.
  11. Menggunakan Volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
  12. Menggunakan komunikasi yang non verbal.

Keberhasilan bukan hanya ditunjang oleh Kecerdasan lntelektual. Tetapi ditunjang oleh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual. 

Sebab Kecerdasan Intelektual Memiliki Keterbatasan, Jika Memiliki Kecerdasan Intelektual Yang Tinggi, Dan Tidak Diimbangi Kecerdasan Emosional Dan Spiritual, Maka Ia Akan Berpotensi Untuk  Mengalami Kegagalan.

II. ETIKA

Etika dalam Konteks Komunikasi, secara etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu: ethos yang dalam bentuk tunggal memiliki banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan, ethos dalam bentuk jamak (ta etha) memiliki arti adat kebiasaan.

Beberapa Pengertian Etika berdasarkan pendapat para ahli, yakni: 

  1. Etika sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok yang mengatur tingkah lakunya.
  2. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral yang diwujudkan dalam suatu kode etik.
  3. Etika memiliki arti ilmu tentang hal yang baik atau buruk. 

Penggunaan etika dalam berkomunikasi bertujuan untuk menyampaikan informasi dengan tepat, membangun relasi yang baik, sebagai bentuk sopan santun, dan bagian dari rasa saling menghormati serta menghargai orang lain.

Etika sebagai suatu bidang studi yang mengkaji apa yang baik atau yang benar bagi umat manusia, tujuan apa yang harus dicapai oleh manusia, dan tindakan apa yang harus ditempuh. 

Selain itu etika menaruh perhatian pada perilaku manusia atau kegiatan manusia yang dijalani secara sadar dan dikehendaki.

Etika merupakan ilmu yang mempelajari tentang moralitas atau ilmu tentang norma-norma yang dimiliki atau dianut oleh individu atau kelompok mengenai apa yang benar dan apa yang salah.

Amoral berarti hal-hal yang tidak berhubungan dengan konteks moral. Sedangkan immoral berarti “opposed to morality; morally evil”. Jadi immoral berarti bertentangan dengan moralitas.

Etika adalah ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral manusia yang biasanya dikaji dengan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: (1) etika deskriptif; (2) etika normatif; dan (3) etika analitis (metaetika). 

  1. Etika Deskriptif, hanya melukiskan tanpa memberi penilaian atau melakukan penilaian. Jadi etika deskriptif hanya menjelaskan apa adanya, tidak memberi penilaian, dan bersifat netral. Pendekatan ini banyak digunakan dalam kajian sosiologi dan antroplogi yang menggambarkan secara rinci kondisi suatu kelompok orang atau sekelompok masyarakat tanpa memberi penilaian benar atau salah, baik atau buruk.
  2. Etika Normatif, tidak hanya sekedar memberi gambaran, tetapi si peneliti atau ahli sudah melibatkan dirinya dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia, apakah perilaku tersebut baik atau buruk, benar atau salah, diterima atau ditolak. Etika normatif memberikan penilaian atau tidak netral dan bersifat preskriptif yaitu memerintahkan dan memberikan alasan-alasan mengapa suatu tindakan itu baik atau buruk, benar atau salah.
  3. Etika Analitis (Metaetika), etika analitis atau metaetika mempelajari istilah-istilah penting dalam etika dan berusaha memahami landasan sistem etis dan fungsi etika dalam suatu sistem sosial.

Terdapat 3 (tiga) teori etika, yaitu: (1) teori teleleontologi; dan (2) teori deontologi yang keduanya menitikberatkan pada perbuatan atau tindakan, serta (3) teori etika keutamaan yang berfokus pada pelakunya.

Etika profesi merupakan suatu studi mengenai prinsip-prinsip atau nilai-nilai etika yang dapat digunakan sebagai pemandu perilaku para professional yang tergabung dalam suatu komunitas profesi. Wujud nyata dari etika profesi adalah kode etik yang berlaku di masing-masing komunitas profesi.

ETIKET 

1. Definisi etiket yang diungkapkan oleh para pakar, yaitu: kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab.

Berbeda dengan etika, pengertian etiket lebih spesifik. Etika sendiri merupakan falsafah moral yang dilandasi agama, budaya serta perilaku mana yang baik dan buruk.

Sementara, etiket merupakan penjabarannya berdasarkan etika. Etiket adalah aturan sopan santun dan tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia.

Hal ini sejalan dengan pengertian etiket yang merupakan tata cara pergaulan/peraturan yang baik dalam suatu golongan masyarakat.

2. Perbedaan Etika dan Etiket 

  1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu. Sedangkan Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, Etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
  2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Sedangkan Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.
  3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Namun etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar. 
  4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan Etika memandang manusia dari segi dalam. Contohnya Penipu, tutur katanya lembut, memegang Etiket namun menipu. Orang dapat memegang Etiket, namun munafik, sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidak mungkin munafik karena seandainya dia munafik maka dia tidak bersikap etis. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.

3. Terdapat berbagai jenis etiket dalam pergaulan sehari-hari di antaranya adalah etiket berkomunikasi, etiket pegawai baru, etiket makan, dan etiket terkait dengan protokol. 

III. PERSONALITY atau KEPRIBADIAN  

Secara etimologis kepribadian atau personality berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu: persona atau prosopon yang berarti topeng yang biasa dipakai artis dalam bermain peran di teater untuk menyembunyikan Identitas Diri.

Persona adalah istilah yang merujuk pada bagian depan dari Kepribadian. Pesona dalam bahasa latin yang berarti Manusia sebagai perseorangan diri manusia atau diri orang lain.
 
Kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang, yaitu: warisan biologis (heredity) dan lingkungan.

Teori behavioristik hanya menganalisis perilaku yang nampak, dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi sebuah kebiasaan.

Tujuan dari penerapan Teori Behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan yang berasal dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Teori behavioristik adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia, di mana manusia mengembangkan perilakunya dengan menggunakan proses belajar, yakni perubahan perilaku sebagai akibat interaksi antara stimulus dengan respon.

Berikut ini beberapa konsep yang berhubungan erat dengan kepribadian bahkan kadang-kadang disamakan dengan kepribadian, yakni: 

  1. Character (karakter), yaitu penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (banar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. 
  2. Temperament (temperamen), yaitu kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologis atau fisiologis. 
  3. Traits (sifat-sifat), yaitu respon yang senada atau sama terhadap sekolopok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu (relatif) lama. 
  4. Type attribute (ciri), mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli yang lebih terbatas. 
  5. Habit (kebiasaan), merupakan respon yang sama dan cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.

Biasanya orang Introver memiliki kesulitan dalam kehidupan bersosialisasi karena mereka tidak memiliki keberanian dan kepercayaan yang tinggi, selain itu orang Introver juga cenderung menjawab dengan singkat enggan mengungkapkan isi hatinya dan cenderung pendiam jika dibandingkan dengan orang Ekstrover.

Karakter Dasar Manusia yang  dikembangkan, yaitu: 

  1. Keterpercayaan.
  2. Menghormati.
  3. Membawa.
  4. Keadilan.
  5. Tanggungjawab.
  6. Kewarganegaraan.
  7. Kejujuran.
  8. Keberanian.
  9. Ketekunan.
  10. Integritas. 

 

Reference: 

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/56408111/Etika_dan_Pengembangan_Kepribadian_Bahan_Ajar-libre.pdf?1524588276=&response-content-disposition=attachment%3B+filename%3DBAHAN_AJAR_ETIKA_DAN_PENGEMBANGAN_KEPRIB.pdf&Expires=1656183481&Signature=Pu9EOcStmd9QUOY-7gLBIPiurQGGvMR6aGBaAG4W7uTZWQBYbN47BxlPaFiJ0liMiM-smy-TZME30ViDduL4ZPTOfYJx0-Gv6ID-nZ-XOrceHLJfqXpgVgqYsmaecwLqEWRetAOyxdiDNoqsPU8ODmTeJmB8dg4QOdvi-w179yhWdYXIuTykNkuQdOBIQmxN2BnMt08jQ5SsZHO36mUoPbDn50PEKLb~Wc9sWbltv62-XuRCPmCE6CLwA6MyBEItBbxCDNUfSISf1QYFgEd3u7kI9Y2iR3YkKza8MJcjxmG2QD4GPoci0qZnfd-o0Yi3lLV7JgQ6v9c9sVxbjA13wg__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA 

https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/soft-skill-dan-hard-skill/

https://www.akseleran.co.id/blog/komunikasi-bisnis/ 

https://pakdosen.co.id/komunikasi-efektif/

http://repository.uin-suska.ac.id/5916/3/BAB%20II.pdf#

https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/03/175634369/etika-komunikasi-pengertian-dan-fungsinya

https://kumparan.com/kabar-harian/persona-adalah-wajah-kepribadian-yang-tampil-ke-dunia-luar-ini-penjelasannya-1wvgvigmHYd/2

Kamis, 16 Juni 2022

Aneka Ragam Kebudayaan dan Masyarakat

https://rumah adat Toraja/taman-mini-indonesia-indah/
 
A. Konsep Suku Bangsa 

1. Suku Bangsa 

Setiap kebudayaan yang hidup dalam masyarakat baik berwujud sebagai komunitas desa, kota, sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, memiliki suatu corak khas yang terutama terlihat oleh orang yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri. Warga kebudayaan itu sendiri biasanya tidak melihat corak khas tersebut. Sebaliknya, mereka dapat melihat corak khas kebudayaan lain, terutama corak khas mengenai unsur-unsur yang perbedaannya sangat mencolok dibandingkan dengan kebudayaannya sendiri. 

Corak khas suatu kebudayaan memiliki berbagai sebab, yaitu karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk khusus, atau karena kebudayaan tersebut memiliki pranata-pranata dengan pola sosial khusus, atau karena warganya menganut suatu tema budaya khusus. Sebaliknya, corak khas tadi disebabkan adanya kompleks unsur-unsur yang lebih besar, sehingga tampak berbeda dari kebudayaan-kebudayaan lain. 

Pokok perhatian dari suatu deskripsi etnografi adalah kebudayaan-kebudayaan dengan corak khas seperti itu. Atau disebut dengan istilah “suku bangsa” (dalam bahasa Inggris disebut ethnic group) dan bila diterjemahkan secara harfiah “kelompok etnic”). Istilah “suku bangsa” digunakan karena sifat kesatuan dari suatu suku bangsa bukan “kelompok”, melainkan “golongan”. 

Konsep yang tercakup dalam istilah “suku bangsa” adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh suatu kesadaran dan identitas akan “kesatuan kebudayaan”, sedangkan kesadaran dan identitas tadi sering kali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga. Kesatuan kebudayaan tidak ditentukan oleh orang luar, (misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan, atau lainnya dengan metode-metode analisis ilmiah), melainkan oleh warga kebudayaan bersangkutan itu sendiri. 
 
Contohnya, kebudayaan Sunda merupakan suatu kesatuan, bukan karena ada peneliti-peneliti etnografi telah menentukan bahwa kebudayaan Sunda itu suatu kebudayaan tersendiri yang berbeda dari kebudayaan Jawa, Banten, atau Bali, melainkan karena orang Sunda sendiri sadar bahwa kebudayaan Sunda mempunyai kepribadian dan identitas khusus, berbeda dengan kebudayaan-kebudayaan tetangganya itu. 

Apalagi adanya bahasa Sunda yang berbeda dengan bahasa Jawa atau Bali lebih mempertinggi kesadaran akan kepribadian khusus tadi. Deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan isi dari sebuah karangan etnografi.

2. Beragam Kebudayaan Suku Bangsa. 

Para Sarjana antropologi, sebaiknya membedakan kesatuan masyarakat suku-suku bangsa di dunia berdasarkan atas kriteria mata pencarian dan sistem ekonomi ke dalam 6 (enam) macam, yaitu: 

(a) Masyarakat pemburu dan peramu (hunting and gatbering societies). Misalnya: Di Pantai Utara Kanada tinggal suku-suku bangsa Eskimo yang memburu binatang kutub. 

(b) Masyarakat peternak (pastoral societies). Misalnya: Di daerah-daerah Oase di Gurun Semenanjung Arab hidup suku-suku bangsa Arab Badui yang memelihara unta, kambing, dan kuda. 

(c) Masyarakat peladang (societies of shipting cultivators). Misalnya: Di daerah hutan rimba tropis di daerah pengairan Sungai Kongo di Afrika Tengah, di Asia Tenggara termasuk Indonesia (di luar Jawa dan Bali), dan di daerah pengairan Sungai Amazon di Amerika Selatan. 

(d) Masyarakat nelayan (fishing communities). Ada di seluruh dunia; di sepanjang pantai, di muara-muara sungai, dan di dalam suatu teluk. 

(e) Masyarakat petani pedesaan (peasant communities). Kebudayaan petani pedesaan merupakan bagian terbesar dari objek perhatian para ahli antropologi, karena suatu proporsi terbesar dari penduduk dunia masa kini memang masih merupakan petani yang hidup dalam komunitas-komunitas desa, yang berdasarkan pertanian, khususnya bercocok tanam menetap secara tradisional dengan irigasi. 

(f) Masyarakat perkotaan kompleks (complex urban societies). Setelah Perang Dunia II timbul banyak negara baru bekas jajahan, dengan penduduk yang terdiri dari banyak suku bangsa, golongan bahasa, golongan agama dalam wadah satu negara nasional yang merdeka. 

Dalam usaha membangun ekonomi negara secara cepat, kemakmuran diperoleh secara mendadak di kota-kota besar, sehingga timbul gejala baru, yaitu hubungan interaksi antarsuku bangsa dan timbulnya subilmu antropologi spesialisasi yang disebut “antropologi perkotaan” (urban antropology).
Konsep yang mencakup persamaan unsur-unsur kebudayaan antara suku-suku bangsa menjadi kesatuan-kesatuan yang lebih besar lagi adalah konsep “daerah kebudayaan” (culture area).

B. Konsep Daerah Kebudayaan 

Suatu “daerah kebudayaan” (culture area merupakan suatu penggabungan atau penggolongan (yang dilakukan oleh ahli-ahli antropologi) dari suku-suku bangsa yang beragam kebudayaannya, tetapi mempunyai beberapa unsur dan ciri mencolok yang serupa. Suatu sistem penggolongan daerah kebudayaan merupakan suatu sistem klasifikasi yang mengkelaskan beragam suku bangsa yang tersebar di suatu daerah atau benua besar, ke dalam golongan-golongan berdasarkan persamaan unsur kebudayaannya. 

Ciri-ciri penggolongan kebudayaan dalam suatu daerah kebudayaan tidak hanya berwujud unsur kebudayaan fisik (misalnya alat-alat berburu, alat-alat bertani, alat-alat transportasi, senjata, bentuk ornamen perhiasan, bentuk dan gaya pakaian, bentuk tempat kediaman dan sebagainya), tetapi juga unsur-unsur kebudayaan yang lebih abstrak dari sistem sosial atau sistem budaya (misalnya unsur-unsur organisasi kemasyarakatan, sistem perekonomian, upacara-upacara keagamaan, unsur cara berpikir, dan adat istiadat). 
 
Persamaan unsur-unsur dalam suatu daerah kebudayaan tadi biasanya lebih besar pada kebudayaan-kebudayaan yang menjadi pusat dari kebudayaan itu sendiri, dan makin berkurang jumlah unsur-unsur kebudayaan-kebudayaan yang jaraknya jauh dari pusat kebudayaan tersebut.

C. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Utara 

Menurut klasifikasi Clark Wissler ada 10 (sepuluh) daerah kebudayaan di Amerika Utara, yaitu: 

1. Daerah kebudayaan Eskimo.
2. Daerah kebudayaan Yukon-Mackenzie.
3. Daerah kebudayaan pantai barat laut Kanada.
4. Daerah kebudayaan dataran tinggi. Contoh suku Kutenai, dan Yurok.
5. Daerah kebudayaan Plains.
6. Daerah kebudayaan hutan timur.
7. Daerah kebudayaan Dataran California (California Great Basin).
8. Daerah kebudayaan barat daya.
9. Daerah kebudayaan tenggara.
10. Daerah kebudayaan Meksiko.

D. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Latin 

1. Sistem Penggolongan Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Latin 

Benua Amerika Selatan dan Amerika Tengah pertama-tama dibagi ke dalam daerah-daerah kebudayaan Amerika Latin oleh J.M. Cooper. Sistem itu membedakan 4 (empat) tipe kebudayaan di Amerika Latin, yaitu: 
 
(1) Circum Caribbean Cultures,
(2) Andean Civi-lization,
(3) Tropical Forest Cultures,
(4) Marginal Cultures. 

Dalam buku J.H. Steward dan L.C. Faron berjudul Native Peoples of South America (1959) yang merupakan suatu ikhtisar dari seluruh bahan yang tercantum dalam Handbook of the South Ameerican Indians, pada dasarnya sistem klasifikasi Cooper masih dipakai, tetapi dengan beberapa perbaikan menjadi 5 (lima) tipe kebudayaan di Amerika Latin, yaitu: 
 
(1) Cultures with Theocratic and Militaristic Chiefdoms, 
(2) Andean Cultures, 
(3) Southern Andean Cultures, 
(4) Tropical Forest Cultures, 
(5) Cultures of  Nomadic Hunters and Gatheres.

2. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Latin 

a. Daerah kebudayaan Cacique.
b. Daerah kebudayaan Andes.
c. Daerah kebudayaan Andes Selatan.
d. Daerah kebudayaan rimba tropis.
e. Daerah kebudayaan berburu dan meramu.

E. Sub-sub Kawasan Geografi di Oseania 

Kebudayaan-kebudayaan dari penduduk kepulauan di lautan Teduh dalam keseluruhan belum pernah dibagi ke dalam culture areas oleh para ahli antropologi, dan memang lebih mudah untuk menggolongkan beragam kebudayaan yang tersebar di kawasan itu menurut 4 (empat) sub kawasan geografis, yaitu: Kebudayaan penduduk asli Australia, kebudayaan penduduk Irian dan Melanesia, kebudayaan penduduk Mikronesia, dan kebudayaan penduduk Polinesia.

F. Daerah-daerah Kebudayaan di Afrika 

Suatu sistem yang membagi Afrika dan Madagaskar ke dalam 18 daerah kebudayaan, yaitu: 

1. Daerah kebudayaan Afrika Utara.
2. Daerah kebudayaan Hilir Nil.
3. Daerah kebudayaan Sahara.
4. Daerah kebudayaan Sudan Barat.
5. Daerah kebudayaan Sudan Timur.
6. Daerah kebudayaan Hulu Tengah Nil.
7. Daerah kebudayaan Afrika Tengah.
8. Daerah kebudayaan Hulu Selatan Nil.
9. Daerah kebudayaan Tanduk Afrika.
10. Daerah kebudayaan Pantai Guinea.
11. Daerah kebudayaan Bantu Khatulistiwa.
12. Daerah kebudayaan Bantu Danau-Danau.
13. Daerah kebudayaan Bantu Timur.
14. Daerah kebudayaan Bantu Tengah.
15. Daerah kebudayaan Bantu Barat Daya.
16. Daerah kebudayaan Bantu Tenggara.
17. Daerah kebudayaan Choisan.
18. Daerah kebudayaan Madagaskar.

G. Daerah-daerah Kebudayaan di Asia 

A.L. Kroeber membagi Benua Asia ke dalam daerah-daerah kebudayaan. Pembagian itu lebih berdasarkan common sense daripada analisis dan perbandingan unsur-unsur kebudayaan secara mendalam dan meluas. Membagi kawasan Asia menurut pembagian Kroeber dengan beberapa perubahan, ke dalam tujuh bagian, yaitu: 

1. Daerah kebudayaan Asia Tenggara.
2. Daerah kebudayaan Asia Selatan.
3. Daerah kebudayaan Asia Barat Daya.
4. Daerah kebudayaan Cina.
5. Daerah kebudayaan Stepa Asia Tengah.
6. Daerah kebudayaan Siberia.
7. Daerah kebudayaan Asia Timur Laut.

H.Suku-suku Bangsa di Indonesia 

Klasifikasi dari beragam suku bangsa di wilayah Indonesia biasanya masih berdasarkan sistem lingkaran-lingkaran hukum adat yang mula-mula disusun oleh Van Vollenhoven membagi Indonesia ke dalam 19 (sembilan belas) daerah, yaitu: 

1. Aceh.
2. Gayo-Alas dan Batak; Nias dan Batu.
3. Minangkabau; Mentawai.
4. Sumatera Selatan; Enggano
5. Melayu.
6. Bangka dan Belitung;
7. Kaslimantan.
8. Sangir-Talaud.
9. Gorontalo.
10. Toraja.
11. Sulawesi Selatan.
12. Ternate.
13. Ambon Maluku.
14. Kepulauan Barat Daya; Irian.
15. Timor.
16. Bali dan Lombok.
17. Jawa Tengah dan Timur.
18. Surakarta dan Yogyakarta.
19. Jawa Barat.

I. Ras, Bahasa, dan Kebudayaan 

Sejumlah manusia yang memiliki ciri-ciri ras tertentu yang sama, belum tentu mempunyai bahasa induk yang termasuk satu rumpun bahasa, apalagi mempunyai satu kebudayaan yang tergolong satu daerah kebudayaan. Misalnya ada beberapa orang Thai, beberapa orang Khmer, dan beberapa orang Sunda. 
 
Ketiga golongan itu mempunyai ciri-ciri ras yang sama (dalam antropologi fisik disebut ras Paleo-Mongoloid). Namun bahasa induk masing-masing orang tadi termasuk keluarga bahasa yang berlainan. Bahasa Thai termasuk keluarga bahasa Sino-Tibetan; bahasa Khmer termasuk keluarga bahasa Austro-Asia, dan bahasa Sunda termasuk keluarga bahasa Austronesia. Kebudayaan Thai dan Khmer terpenggaruh oleh agama Buddha Theravada dan kebudayaan Sunda terpengaruh oleh agama Islam. 

Ada sejumlah manusia yang memiliki ciri ras berbeda-beda, tetapi menggunakan beberapa bahasa induk yang berasal dari satu keluarga bahasa, sedangkan kebudayaan mereka juga berbeda-beda. Misalnya orang Huwa di daerah pegunungan Madagaskar, orang Jawa, dan orang Irian dari pantai utara Irian Jaya. 
 
Orang Huwa memiliki ciri-ciri ras Negroid dengan beberapa unsur ras Kaukasoid Arab; orang Jawa memiliki ciri-ciri ras Mongoloid-Melayu, dan orang Irian memiliki ciri-ciri ras Melanesoid. Tetapi ketiga golongan tersebut menggunakan bahasa-bahasa yang termasuk satu induk, yaitu bahasa Huwa, bahasa Jawa, dan bahasa Bgu, walaupun bahasa berbeda satu dengan lainnya, tetapi termasuk satu keluarga yang besar, yaitu keluarga bahasa Austronesia. 

Keadaan lain lagi adalah ada sejumlah manusia dengan satu kebudayaan, tetapi berasal dari berbagai ras. Contohnya warga negara Amerika Serikat hidup dalam satu kebudayaan, yaitu kebudayaan Amerika masa kini, tetapi mereka berasal dari berbagai macam ras, yaitu ras Kaukasoid, ras Negroid (American Blacks), ras Mongoloid Amerika (American Indians), dan ras Mongoloid (Chinese American, Japanes Americans, atau Korean Americans). 

Dari contoh-contoh tersebut di atas jelas bahwa perbedaan ras antar manusia di muka bumi mencapai kemantapan sejak beberapa ratus ribu tahun yang lalu, ketika persebaran ras-ras homo sapies mencapai jarak maksimalnya. 
 
Kemantapan proses pencabangan dan persebaran keluarga-keluarga bahasa terjadi kemudian, yaitu sejak beberapa puluh ribu tahun yang lalu, sedang pembentukan dan penyebaran beragam kebudayaan di muka bumi merupakan suatu proses yang terjadi lebih kemudian lagi, yaitu hanya dalam akhir zaman prehistori dan selama zaman histori, yaitu baru kira-kira tiga-empat ribu tahun yang lalu. 
 
Dalam zaman sekarang ini, komunikasi atara manusia dan mobilitas manusia di seluruh penjuru bumi ini makin luas, maka pembauran antara manusia dari berbagai ras, beragam bahasa dan beragam kebudayaan, juga menjadi makin intensif. 



Referensi: 

Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi 2009, Penerbit Rineka Cipta.

Sabtu, 04 Juni 2022

Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan

 www.google.com/konsep-dasar-dinamika-masyarakat-dan-budaya 

 A. Konsepsi-Konsepsi Khusus Mengenai Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan

Dinamika masyarakat dan kebudayaan adalah pergerakan atau pergeseran suatu budaya (meliputi pengetahuan, gagasan, dan ide) atau kebiasaan masyarakat dari hal lama kepada suatu hal baru. Pergeseran masyarakat dan kebudayaan ini disebut dengan dinamika sosial. 

Dinamika sosial (social dynamics) adalah semua konsep yang diperlukan apabila ingin menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian ilmu antropologi dan sosial. 

Diantara konsep-konsep yang terpenting mengenai proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat bersangkutan, yaitu: internalisasi (internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Ada proses perkembangan kebudayaan dan bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana, hingga makin lama makin kompleks, yaitu evolusi kebudayaan (cultural evolution). 

Kemudian ada proses penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi, yaitu proses difusi (diffusion). Selanjutnya, ada proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pembaruan atau inovasi (innovation), yang berkaitan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention). 

B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri 

1. Proses Internalisasi 

Proses belajar kebudayaan sendiri disebut proses internalisasi. Proses internalisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, dalam hal mengolah perasaan, hasrat, nafsu, emosi sehingga terbentuk kepribadiannya. 

Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya. 

Misalnya: Perasaan pertama yang dirasakan kepribadian seorang bayi pada saat ia dilahirkan keluar dari kandungan ibunya adalah perasaan kurang nyaman. Ketika sudah keluar dari kandungan ibu dibungkus dengan selimut diberi kesempatan untuk menyusui, maka rasa kenyamanan dan rasa sayang dari seorang ibu akan dialaminya. 

2. Proses Sosialisasi 

Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekililingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. 

Misalnya: pola pengasuhan anak. Anak dari kecil diajari bagaimana cara menggosok gigi, mandi, makan, mengucapkan sesuatu yang semua disesuaikan dengan nilai dan norma masyarakat setempat. 

3. Proses Enkulturasi 

Istilah untuk kata “enkulturasi” adalah “Pembudayaan”, dalam bahasa Inggris “institutional ization”. Proses enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. 

Proses enkulturasi sudah dimulai sejak kecil dalam alam pikiran warga suatu masyarakat; mula-mula dari orang-orang di dalam lingkungan keluarganya, kemudian dari teman-temannya bermain.  Seorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya menjadi suatu pola dan norma yang dibudayakan. 

Misalnya: Cara seorang Indonesia mempelajari aturan adat Indonesia yang menganjurkan agar orang Indonesia yang habis berpergian ke suatu tempat yang jauh, memberi “oleh-oleh” kepada kerabatnya yang dekat dan kepada para tetangga yang tinggal di sekitar rumahnya. Rasa aman karena ia mempunyai hubungan baik dengan orang-orang sekitarnya di masa susah sehingga perlu membalas jasanya, dan nilai gotong royong yang merupakan motivasi dari tindakan membagi-bagi “oleh-oleh” tadi, telah sejak lama, ketika ia masih kecil, diinternalisasi dalam kepribadiannya. 

C. Proses Evolusi Sosial 

1. Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial 

Proses-proses berulang atau recurrent processes dalam ilmu antropologi adalah proses evolusi sosial budaya yang dianalisis secara detail (microscopic) akan membuka mata peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari tiap masyarakat di dunia. 

Proses-proses menentukan arah atau directional processes dalam ilmu antroplogi adalah proses evolusi sosial budaya yang dipandang seolah-olah dari jauh hanya akan menampakkan kepada peneliti perubahan-perubahan besar (macroscopic) yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. 

2. Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya 

Proses evolusi Sosial yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Proses ini mengenai suatu aktivitas dalam sebuah lingkungan atau suatu adat dimana aktivitas yang dilakukan terus berulang (recurent) dalam kehidupan sehari-hari di setiap masyarakat di seluruh dunia. 

Dan aktivitas yang dimaksud biasanya aktivitas yang menyimpang atau diluar kehendak prilaku. Sampai akhirnya masyarakat tidak dapat mempertahankan adatnya lagi, karena terbiasa dengan penyimpangan-penyimpangan tersebut. Maka masyarakat terpaksa memberi konsekuensinya, dan adat serta aturan diubah sesuai dengan keperluan baru dari individu-individu dalam masyarakat. 

Misalnya: Adat Minangkabau mewajibkan bahwa seorang laki-laki harus mewariskan harta miliknya kepada kemenakannya, yaitu anak dari saudara perempuannya. Namun begitu banyak masyarakat Minangkabau, setelah menikah meratau keluar dari Minangkabau, maka terjadi perubahan. Dimana seorang laki-laki membentuk keluarga inti, maka harta warisan akan jatuh ke anaknya sendiri. 

Faktor ketegangan antara adat-istiadat suatu masyarakat dengan keperluan para individu di dalamnya, maka perlu adanya 2 (dua) konsep yang harus dibedakan dengan tajam oleh para ahli antropologi, sosiologi masyarakat. 

Konsep antara 2 (dua) wujud dari tiap kebudayaan, yaitu: 

(1) Kebudayaan sebagai suatu kompleks dari konsep norma-norma, pandangan-pandangan yang abstrak (yaitu sistem budaya), dan sebagainya.
(2) Kebudayaan sebagai suatu rangkaian dari tindakan yang konkret dimana individu saling berinteraksi (yaitu sistem sosial). 

3. Proses Mengarah dalam Evolusi Kebudayaan 

Dengan mengambil jangka waktu yang panjang maka akan terlihat perubahan-perubahan besar yang seolah bersifat menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. 

Pada masa sekarang, gejala ini menjadi perhatian khusus dari suatu subilmu dalam antropologi, yaitu ilmu prehistori yang merupakan ilmu yang mempelajari sejarah perkembangan kebudayaan manusia dalam jangka waktu yang panjang dan juga oleh para sarjana ilmu sejarah seperti E. Spengler, A.J. Tonynbee, G Childe dan lain-lain, mencoba merekontruksi kembali sejarah perkembangan seluruh umat manusia dan harus bekerja dengan jangka waktu yang panjang. 

D. Proses Difusi 

1. Penyebaran Manusia 

Difusi kebudayaan merupakan penyebaran kebudayaan yang terjadi bersamaan dengan perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi (Koentjaraningrat). Penyebarannya dibawa oleh sekelompok manusia yang melakukan migrasi ke suatu tempat. Sehingga kebudayaan mereka turut melebur di daerah yang mereka tuju. 

Menurut antropolog W.A. Haviland, difusi adalah penyebaran kebiasaan atau adat istiadat dari kebudayaan satu ke kebudayaan lain. Hal ini berlangsung dengan menggunakan teknik meniru atau imitasi. 

2. Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan 

Penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah ke seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion), yang juga merupakan salah satu obyek penelitian ilmu antropologi, terutama subilmu antropologi diakronis. 

Difusi kebudayaan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: symbiotik, penetrasi damai, dan penetrasi paksa. 

a. Symbiotik merupakan hubungan dimana bentuk dan kebudayaan itu masing-masing hampir tidak berubah. Contoh: di daerah pedalaman Afrika Tengah dan Barat. Di daerah pedalaman negara-negara tersebut berbagai suku bangsa Afrika hidup dari bercocok tanam di ladang. Mereka mempunyai tetangga, kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari suku-suku Negrito hidup dari berburu dan mengumpulkan hasil hutan. Hasil berburu dan hasil hutan itu dibarter dengan hasil pertanian. 

Hubungan semacam ini telah berlangsung sejak lama sekali, mungkin sudah sejak berabad-abad lamanya, kedua belah pihak sudah saling membutuhkan, tetapi hubungan mereka terbatas hanya pada barte barang-barang itu saja, sedangkan proses saling mempengaruhi tidak ada. Pada hubungan symbiotic itu kebudayaan suku-suku bangsa Afrika tidak berubah dan kebudayaan kelompok-kelompok Nagrito juga tidak. 

b. Penetrasi damai atau penetration pacifique adalah unsur-unsur kebudayaan asing dibawa oleh para pedagang masuk ke dalam kebudayaan penerima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan. 

c. Penetrasi paksa adalah bentuk hubungan yang disebabkan karena peperangan dan serangan penaklukan (penjajahan). 

E. Akulturasi dan Asimilasi 

1. Akulturasi adalah istilah dalam antropologi yang memiliki beberapa makna, mencakup konsep mengenai proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. 

Proses akulturasi bila suatu kebudayaan terkena pengaruh kebudayaan asing antara lain: 

a. Hampir semua proses akulturasi mulai dari golongan atas yang tinggal di kota lalu menyebar ke golongan yang lebih rendah dipedesaan. 

b. Perubahan dalam sektor ekonomi hampir menyebabkan perubahan yang penting dalam asas-asas kehidupan kekerabatan. 

c. Penanaman tanaman untuk ekspor dan perkembangan ekonomi, uang merusak pola-pola gotong royong tradisional, dan karena itu berkembanglah sistem pengerahan tenaga kerja baru. 

d. Perkembangan sistem ekonomi menyebabkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan makan dengan segala akibat dalam aspek gizi, ekonomi maupun sosialnya. 

e. Proses akulturasi yang berkembang cepat menyebabkan berbagai pergeseran sosial yang tidak seragam dalam semua unsur dan sektor masyarakat sehingga menyebabkan keretakan. 

f. Gerakan nasionalisme dianggap sebagai salah satu tahap dalam proses akulturasi. 

2. Asimilasi (assimilation) adalah suatu proses sosial yang terjadi bila ada:
a. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda,
b. Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama,
c. Kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsur masing-masing berubah wujudnya menjadi kebudayaan campuran. 

Faktor-faktor yang menghambat proses asimilasi yang pernah diteliti oleh para ahli terbukti bahwa hanya dengan pergaulan antara kelompok secara luas dan intensif, belum tentu terjadi suatu proses asimilasi, kalau di antara kelompok tidak ada suatu sikap toleransi dan simpati satu terhadap yang lain. 

Misalnya, orang Cina ada di Indonesia, bergaul secara luas dan insentif dengan orang Indonesia sejak berabad-abad lamanya, namun mereka belum juga semua terintegrasi ke dalam masyarakat dan kebudayaan Indonesia, karena selama itu belum cukup ada sikap saling bertolerasi dan bersimpati. 

Faktor-faktor penghalang proses asimilasi pada umumnya adalah:
a. Kurang pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi,
b. Sifat takut terhadap kekuatan dan kebudayaan lain,
c. Perasaan superioritas pada individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain. 

F. Pembaruan atau Inovasi 

1. Inovasi dan Penemuan 

Inovasi adalah suatu proses pembaruan dan penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Dengan demikian inovasi adalah pembaruan unsur teknologi dan ekonomi dari kebudayaan. 

Inovasi berkaitan dengan penemuan baru dalam teknologi melalui 2 (dua) tahap khusus, yaitu: Discovery dan Invention. 

Discovery baru menjadi invention apabila suatu penemuan baru mulai diakui, diterima, dan diterapkan oleh suatu masyarakat. 

Proses berlangsungnya tahap discovery sampai pada tahap invention berlangsung lama, karena tidak hanya menyangkut satu individu saja, yaitu si penciptanya yang pertama melainkan dapat melibatkan serangkaian individu yang terdiri dari beberapa pencipta. 

2. Pendorong Penemuan Baru 

Koentjaraningrat, menerangkan bahwa untuk mendorong timbulnya kreatifitas diperlukan:
1. Kesadaran para individu akan adanya kekeurangan dalam kebudayaan,
2. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan,
3. Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong mutu,
4. Adanya krisis dalam masyarakat yang menimbulkan penemuan baru. 

Haviland membagi penemuan baru (Discovery) menjadi dua, yaitu :
1. Penemuan Primer, yaitu penemuan secara kebetulan suatu prinsip baru. Contoh: pembakaran tanah liat membuat tanah liat menjadi keras.
2. Penemuan Sekunder, yaitu perbaikan-perbaikan yang diadakan dengan menetapkan prinsip-prinsip yang sudah diketahui. Contoh: wadah-wadah dan bejana untuk memasak. 

3. Inovasi dan Evolusi 

Suatu penemuan baru selalu harus dilihat dalam kebudayaan tempat penemuan tadi terjadi. Karena suatu penemuan baru jarang merupakan suatu perubahan mendadak dan keadaan tidak ada, menjadi keadaan ada. 

Proses Inovasi, yaitu proses pembaruan teknologi ekonomi dan lanjutannya itu merupakan suatu proses evolusi. Bedanya ialah bahwa dalam proses inovasi individu-individu itu bersifat aktif. 

Sedangkan, dalam proses evolusi individu-individu itu pasif, bahkan sering bersifat negatif. Karena kegiatan dan usaha individu itu, maka suatu inovasi memang merupakan suatu proses perubahan kebudayaan yang lebih cepat. Artinya lebih cepat kelihatan daripada suatu proses evolusi kebudayaan. 


Referensi: 

Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Edisi Refisi 2009, Penerbit Rineka Cipta.

ANALISIS VISUAL DARI PERSPEKTIF ANTROPOLOGI

Analisa Visual merupakan metode bagaimana pikiran memproses informasi visual yang diterimanya dari mata berupa gambar, vidio, dan lain-lain....